Ekonomi Global Tumbuh Jauh Lebih Sejak tahun 2008, ekonomi global terus mengalami tren melambat, terutama setelah masa kejadian global yang dirasakan di masa itu. Pertumbuhan ekonomi dunia terus memperhatikan kondisi keuangan secara global yang mempertimbangkan faktor utama seperti harga komoditas dan harga minyak global. Pada tahun 2015, perhitungan pertumbuhan ekonomi global mencapai angka 3,8%, namun kini menurun menjadi 3,1%—revisi yang disampaikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) secara menyiratkan kekhawatiran terhadap perkembangan ekonomi global.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D.W. Martowardojo, pertumbuhan ekonomi global bisa jadi lebih rendah dari estimasi IMF, bahkan di level 3%. Dengan perhitungan tersebut, kondisi ekonomi dunia memang masih merayu kondisi ekonomi yang membutuhkan strategi perencanaan. Hal ini terjadi karena faktor-faktor seperti kekurangan produksi harga komoditas, penurunan harga minyak global, dan efek dari pengaruh Brexit terhadap kepercayaan investor internasional. Pada masa yang sama, pengaruh Brexit terhadap sektor ekonomi, masih tergantung pada kompleksitas kebijakan politik di Eropa dan dampaknya terhadap keputusan ekonomi berbagai negara.
Baca Juga:
“Kondisi yang paling menyorot adalah Tiongkok, karena ekspor utama kita ke Tiongkok,” kata Martowardojo. “Sebelumnya pertumbuhan ekonominya di atas 10% sekarang turun di 7%. Ada negara-negara yang sudah pulih ekonominya seperti AS tapi di Eropa ada juga yang belum pulih. Ini kondisi yang perlu diwaspadai,” ungkapnya. Terlebih, pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih berdampak besar terhadap ekonomi Indonesia, karena jumlah ekspor Indonesia terkait dengan perantai perdagangan internasional terjadi pada masa yang lebih panjang. Penurunan ini menekankan bahwa perbedaan kesejahteraan ekonomi di luar negeri, terutama di negara-negara yang mempunyai kekuatan dalam pasar internasional, harus dipertimbangkan dalam strategi pembangunan ekonomi Indonesia.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2016 mencatat nilai 4,92%, yang merupakan angka yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun lalu yang terjadi penurunan. Namun, kejadian ini masih tergantung terhadap kenyataan bahwa ekonomi global berada dalam tren melambat. Sejak tahun 2008, pertumbuhan ekonomi global belum menggembirakan. Tapi terdapat beberapa negara seperti Brasil, Rusia, dan Turki yang tetap berada di dalam kondisi yang lebih baik dalam pertumbuhan ekonomi dibandingkan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih mungkin mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat meskipun dalam kondisi ekonomi global yang berat. Meski demikian, perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih berlangsung jika terus mengikuti strategi ekonomi yang ditujukan untuk memperkuat pertumbuhan dan perekonomian ekonomi yang lebih terbuka.
Tahun 2016 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai angka 5,1%—yang dapat terbentuk dari berbagai faktor. Selain itu, pihaknya memperkirakan inflasi akan dijaga di bawah 4%, yang sangat penting bagi kepercayaan konsumen dan stabilitas ekonomi. Tapi, terlebih dari kondisi ekonomi global yang masih dalam tren melambat, perlu diperhatikan bahwa Indonesia mesti terus menangani tantangan ekonomi yang terus mengalami perubahan eksternal dan internal. Kepentingan pengembangan ekonomi dalam skala internasional harus diambil serius, baik terhadap kondisi ekonomi maupun faktor ekonomi yang berbeda. Peningkatan ini berarti harus mengoptimalkan pengembangan ekonomi di berbagai bidang, terutama dalam ekonomi Indonesia yang membutuhkan perubahan ekonomi dan pengembangan strategi untuk menyeimbangkan ekonomi ekonomi Indonesia dalam kondisi ekonomi global yang terus mengalami perubahan.
