Perbaikan Ekspor Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Bank Indonesia (BI) menilai perbaikan ekspor yang cukup signifikan dalam kuartal II 2016 telah memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,18% secara tahunan (yoy), melampaui perkiraan awal yang lebih rendah. Menurut Gubernur BI Agus DW Martowardojo, perkiraan awal BI telah terkendala oleh keterbatasan pada data ekspor, namun kehadiran perbaikan tersebut telah menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami pemulihan yang lebih kuat dibandingkan kuartal II 2015, yang mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66%.
Perbaikan ekspor tersebut didukung oleh peningkatan harga komoditas yang menimbulkan dampak positif terhadap angkutan barang secara global. Namun, faktor lain seperti konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Secara khusus, pertumbuhan ekspor pada kuartal II 2016 mencatat angka 2,29% dibanding kuartal sebelumnya, yang merupakan peningkatan yang lebih baik dibandingkan data dari kuartal I 2016, yang mengalami penurunan -3,09% jika dibandingkan dengan kuartal IV 2015. Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi terutama dari sisi konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Perbaikan ekspor tersebut memberi sinyal penting terhadap perbaikan perekonomian di paruh kedua 2016. Namun, Gubernur BI menekankan bahwa peningkatan ekonomi masih dalam proses pengukuran dan belum terlambat di masa depan untuk mengupdate rekomendasi terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan pada 2016.
Menurut data BPS, pertumbuhan pengeluaran PDB dari sisi konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2016 mencapai 1,28% dibanding kuartal I 2016. Angka ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, meskipun tingkat pertumbuhan relatif kecil dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Sedangkan konsumsi pemerintah meningkat menjadi 36,1% dibandingkan kuartal I 2016. Dalam konteks ini, peningkatan tersebut menjadi indikator penting terhadap konsumsi dan ekonomi pemerintah yang mungkin mengalami perbaikan dari sumber pendapatan lain. Namun, keberadaan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar pada ekspor memberikan dampak yang lebih besar terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menilai bahwa kondisi ekonomi yang lebih baik pada ekspor tersebut memberi sinyal positif terhadap perkembangan ekonomi di paruh kedua 2016. Penurunan dalam konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah tidak mencapai perbaikan yang signifikan. Ini berarti bahwa sumber pertumbuhan ekonomi tidak terkendali terhadap faktor eksternal, namun juga terhadap faktor internal seperti konsumsi masyarakat dan angkutan barang. Terlebih, dana repatriasi yang terdapat dalam sistem keuangan Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan. Dengan perolehan dana tersebut mencapai Rp560 triliun, maka dampak dari peningkatan ini terhadap perekonomian di masa depan dapat diharapkan lebih besar dan positif. Selama semester I 2016, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 mencatat angka 5,18%, yang juga membantu dalam penilaian terhadap kemampuan ekonomi Indonesia di masa depan. Namun, Gubernur BI belum dapat menyebutkan revisi proyeksi BI terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2016.
Sebelumnya, Bank Sentral memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%-5,4% untuk tahun 2016, dengan angka 5,09% tanpa adanya kontribusi dari kebijakan tax amnesti. Kebijakan tersebut mengurangi dampak dari pajak yang sebelumnya menyebabkan penurunan dalam investasi ekonomi. Namun, dalam kuartal II 2016, pengaruh dari kebijakan tax amnesti tidak terlambat untuk memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, peningkatan ekspor yang terjadi di masa ini menjadi indikator penting terhadap perbaikan ekonomi. Kegiatan ekspor secara global telah terus meningkat di masa ini, yang menunjukkan keberlanjutan dari investasi ekonomi. Dengan peningkatan ekspor yang cukup signifikan, ekonomi Indonesia secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dan menjadi sinyal positif terhadap kondisi ekonomi di masa depan.
Terlepas dari beberapa indikator ekonomi yang menunjukkan keberlanjutan pada pertumbuhan ekonomi, penilaian BI akan terus diperhatikan lebih lanjut. Keberlanjutan dari keberlanjutan pertumbuhan ekonomi tidak terlambat terhadap kebijakan ekonomi lain. Dalam konteks ini, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2016 menjadi indikator penting. Terutama, peningkatan dari ekspor dan kondisi ekonomi yang lebih baik dari sisi konsumsi rumah tangga dan pemerintah menyiratkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dengan pertumbuhan ekonomi dari ekspor mencapai 5,18%, maka ekonomi Indonesia akan tetap terus mengalami perbaikan di paruh kedua 2016. Namun, terutama kebijakan ekonomi terus dilakukan dengan hati-hati dalam membangun pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan lebih terbuka di masa depan. Langkah-langkah berikutnya diharapkan dilakukan oleh Bank Sentral Indonesia terhadap peninjauan terhadap pertumbuhan ekonomi secara berkembang.
