Pameran Cafe Pertama Dinaikkan Jalan Indonesia memiliki potensi bisnis kopi dan teh yang sangat besar, dengan perkembangan yang terus melonjak setidaknya sejak 2010 hingga 2014. Seiring meningkatnya minat terhadap kopi dan teh, bisnis café di Tanah Air memperoleh peluang untuk berkembang pesat di berbagai lapisan ekosistem, baik di ruang terbuka maupun di lingkungan perkotaan.
Perkembangan ini diperkuat oleh data dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), yang menyatakan konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat 36 persen selama periode tersebut. Di dalam tren tersebut, Indonesia berhasil memperoleh posisi sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Selain itu, dari total produksi teh dalam negeri, hanya 40% yang digunakan oleh konsumen, sedangkan sisanya 60% dipasarkan secara ekspor.
Baca Juga:
Dari tuntutan pasar lokal, Indonesia memang menangani potensi penguatan produksi kopi dan teh secara global. Berdasarkan data AEKI, sejak tahun 2010 hingga 2014, produksi kopi Indonesia tumbuh pesat. Saat ini, Indonesia berada di posisi keempat dalam daftar produsen utama kopi dunia, bersama dengan Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Menurut Wakil Ketua Umum AEKI, Pranoto Soenarto, 67% produk kopi Indonesia diekspor, sementara 33% digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa pasar lokal memiliki potensi besar dalam mengekspor produk lokal dan mengembangkan industri tersebut secara ekstensif.
Berdasarkan latar belakang semakin terbukanya potensi pasar, maka pameran Cafe & Brasserie Indonesia yang akan diselenggarakan pada 2-4 September 2016 di Hall B, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, dijadikan sebagai peluang penting bagi para bisnis, pelaku, maupun masyarakat yang ingin memperoleh kesempatan berinteraksi dengan produk baru dari industri kopi dan teh. Organisasi Reed Panorama Exhibitions (RPE), penyelenggara acara ini, menawarkan pameran yang terbuka secara profesional namun tetap mencakup komunitas bisnis, konsumen, dan peneliti di bidang industri teh dan kopi.
Pada pameran tersebut, dijadikan kesempatan untuk memperkenalkan produk baru dari industri kopi dan teh, termasuk mesin pengelahan kopi yang baru dikembangkan. Meskipun informasi tentang mesin tersebut masih dirahasiakan, hal ini menunjukkan bahwa produk terbaru tersebut dijadikan pusat perhatian oleh pengembang, pemilik bisnis, maupun pembeli industri yang ingin memperoleh pengembangan bisnis lokal. General Manager Reed Panorama Exhibitions, James Boy, menjelaskan bahwa pameran ini menjadi pertama di Indonesia, dan secara khusus mempertemukan pemain bisnis, konsumen, dan pengembang dari bidang tersebut, serta menekankan bahwa pameran ini tidak hanya berfokus pada produk kopi dan teh, tetapi juga terdapat ruang untuk menunjukkan tren pasar dan inovasi baru dalam industri tersebut.
Pada akhirnya, pameran ini diharapkan dapat menciptakan forum bisnis yang terbuka terhadap keberlanjutan, keterbukaan, dan transparansi dari bisnis keuangan, teknologi, dan inovasi dari industri kopi dan teh dalam negeri. Implikasinya adalah menghasilkan keterbukaan lebih lemah terhadap pertumbuhan bisnis lokal secara luas, sehingga menghasilkan dampak positif terhadap pengembangan bisnis dan penguatan industri lokal. Namun, langkah berikutnya yang harus diambil adalah pengembangan lebih lanjut dalam menyediakan layanan terbuka dan inovatif bagi pengembang, pelaku bisnis, dan masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan terhadap produk kopi dan teh di Indonesia secara lebih terbuka dan lebih terukur. Pameran ini juga dapat memberikan wawasan dan keberlanjutan terhadap inovasi industri yang lebih mendasar, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama kopi dunia.
