Batik Thamrin City Pegang Laras Merayakan hari ulang tahun Pusat Batik Nusantara (PBN) yang ke-7, Trade Mall (TM) Thamrin City mengadakan rangkaian kegiatan berlangsung dari 4 hingga 6 Februari 2017 dengan tema “Bianglala Batik Nusantara.” Acara ini menjadi kesempatan terbuka bagi masyarakat untuk mengenal, mengevaluasi, serta memperkenalkan beragam kreativitas batik Indonesia dalam konteks modern. Semua kegiatan disusun secara terstruktur untuk menggambarkan tren pasar batik, baik dalam konteks bisnis maupun edukasi anak-anak, yang berada di bawah pengelolaan TM Thamrin City.
Berbagai kegiatan terdiri dari bazaar batik, parade membatik, edukasi batik untuk anak-anak, serta peragaan busana batik Carnaval on The Street dan Carnaval on The Stage di area car free day dan hall TM. Momen ini juga menjadi ajang pelatihan dan pemahaman terhadap keberagaman batik dari berbagai daerah, dengan fokus pada keterampilan batik tradisional yang masih menjadi pilihan utama di pasar lokal. Penjelasan lebih lanjut terkait pengembangan PBN tidak hanya menyoroti keberhasilan industri batik di Jakarta, tetapi juga menggambarkan penguasaan batik secara nasional oleh pengembang industri batik di dalam dan luar negeri.
Sebagai salah satu pedagang yang terlibat dalam proyek pengembangan ini, Syaiful CH, pemilik kios Batik Madura di Lantai Dasar TM Thamrin City, menilai bahwa keterbatasan tampilan batik yang pernah ia miliki di masa lalu telah menjadi masalah karena tantangan dalam menghadapi pasar. Namun, melalui berbagai pembinaan dan pelatihan, ia bisa menjalankan bisnis secara profesional. Sejalan dengan keinginan pembeli, kini Syaiful memulai bisnis eceran maupun grosir dan mengirimkan hingga ratusan kodi label Batik Madura ke berbagai kota di Indonesia maupun di luar negeri seperti Medan, Banjarmasin, Makassar, Singapura, dan Kuala Lumpur. Karena batik tulis memiliki keterbatasan dalam jumlah produksi, kini perlu memperhatikan hal yang sesuai dengan tren, keberagaman, serta peminat pasar terhadap desain modern.
Baca Juga:
Terutama dalam bidang budaya, kewajiban memperkenalkan batik Madura dari berbagai pemandangan di Jepang menunjukkan keterbukaan terhadap budaya yang lebih luas. Dari pengalaman peminat, Syaiful menemukan referensi buku model batik Madura di Jepang yang sangat lengkap. Ini memberikan kesempatan untuk menampilkan ribuan corak dari batik Madura hingga dikenal di masyarakat luas. Pengembangan ini tidak hanya menjadikan PBN lebih terwujud di bawah struktur modern, tetapi juga menjadi pusat perdagangan yang mengembangkan nilai budaya ke arah yang lebih global. Penjelasan ini mencerminkan keterlibatan luas di bidang pengembangan batik yang mengacu pada keberlangsungan pengelolaan batik secara lokal dan internasional.
Puncak acara pada tanggal 6 Februari 2017 diisi dengan hiburan musik dari Kangen Band, parade membatik oleh 60 pembatik tradisional, serta pemberian hadiah sepeda motor kepada pembeli yang membeli batik dalam jumlah terbesar. Tambahkan acara kegiatan kemanusian yang berkelanjutan, dalam bentuk donor darah yang dilaksanakan pada hari 5 Februari 2017. Acara ini dihadiri oleh jajaran manajemen dan pemimpin TM Thamrin City, dan juga dengan dukungan Yayasan Agung Podomoro Land (APLN). Di dalamnya, berbagai pengembangan kegiatan ini menunjukkan komitmen TM Thamrin City terhadap pemerintah, pengembangan industri, serta pembangunan budaya yang lebih terbuka bagi keterlibatan masyarakat luas. Penyelenggaraan acara ini juga membuka kesempatan untuk merangkai tuntutan perluasan keterbatasan perwakilan lokal.
Menurut Sindiwaty Mastra, manager hubungan masyarakat TM Thamrin City, keberadaan PBN menjadi pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. Pengembangan kini menghasilkan hingga 1.400 kios dan lapak batik, menjadikan TM Thamrin City sebagai salah satu tempat penting dalam keberlangsungan industri batik. Terdapat lebih dari 20 sentra batik di berbagai daerah di Indonesia yang telah membuka kios di TM. Selain Batik Madura, beragam corak batik dari daerah seperti Pekalongan, Batang, Yogyakarta, Bantul, Solo, Klaten, Sragen, Lasen, Pati, Jepara, Cirebon, Ciwaringin, Betawi, Bogor, Garut, Bandung, Sidoarjo, Tulungagung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Masing-masing daerah ini memiliki keterbatasan dalam memasarkan batik secara profesional, sehingga dibutuhkan kesempatan untuk memperluas pasar.
Untuk mendukung pengembangan kegiatan tersebut, TM Thamrin City mengajak pedagang dan pengrajin batik dari berbagai daerah untuk membuka kios di TM. Keberadaan PBN, dalam konteks ini, menunjukkan penguasaan batik secara nasional dalam kondisi perencanaan bisnis yang lebih terbuka. Karena banyak pengusaha batik masih berpola bisnis tradisional yang berdagang hanya di tingkat lokal, maka pengelolaan TM menjadi poin utama dalam memperhatikan pertumbuhan pasar. Di tengah berbagai kegiatan pameran, perlu dianggap bahwa TM Thamrin City menjadi pusat pengembangan batik dari segi distribusi, keterampilan, dan pendanaan yang lebih terbuka. Selain kegiatan pameran dan pembukaan kios, pengembangan industri ini dijadikan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan budaya batik di Indonesia yang lebih terbuka dan lebih inklusif.
