Kredit Bni Lebih Kuat Melalui PT Bank Negara Indonesia (Perseo) Tbk (BNI) mencatat pertumbuhan kredit sebesar 21,1% secara tahunan pada triwulan III-2016, mencapai nilai Rp372,02 triliun. Angka ini merupakan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan industri yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,6% pada Agustus 2016. Dalam laporan tersebut, Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, menyoroti bahwa perkembangan ini terjadi karena adanya strategi yang diambil oleh manajemen bank untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan lebih terstruktur.
Sebagai bagian dari strategi pengembangan, BNI fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol, termasuk proyek-proyek yang dilayani oleh perusahaan BUMN. Strategi ini bertujuan untuk menyerap potensi pasar yang lebih stabil, di mana keberadaan proyek-proyek ini berpotensi menunjang keberlanjutan dan penguatan ekonomi. Selain itu, manajemen bank juga mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk memastikan layanan terkait dapat diakses secara efisien dan cepat. Tambahan, pengembangan sumber daya dari supply chain debitor korporasi menjadi kunci utama dalam menyelesaikan potensi perkembangan kredit.
Sebagian besar kredit yang dikeluarkan oleh BNI pada triwulan III-2016 tercatat dalam kategori Business Banking, dengan komposisi 73,0% dari total kredit, mencapai nilai Rp271,68 triliun. Penyaluran kredit ke segmen ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan, dengan kredit BNI terhadap korporasi meningkat 23,5% dibandingkan periode sama tahun 2015. Dalam jangka panjang, kredit ke segmen korporasi mengalami pertumbuhan terutama dari pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN. Selain itu, BNI memperhatikan kinerja keuangan debitor-kredit dari segmen tersebut, terutama dalam konteks pembiayaan yang berkelanjutan. Fokus pada sektor berisiko rendah seperti konstruksi, pertanian, serta sektor listrik, gas, dan air juga memberikan peluang baru bagi BNI untuk mendorong pertumbuhan sektor ini secara bertahap.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit ke segmen korporasi, manajemen telah menerapkan beberapa strategi utama. Pertama, fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN, karena merupakan kebutuhan yang penting bagi pertumbuhan industri yang terbuka. Kedua, memperhatikan pembiayaan sektor yang berisiko rendah, termasuk industri yang memiliki potensi tinggi namun tidak terlalu risiko tinggi. Ketiga, secara eksplisit tidak melakukan ekspansi ke sektor yang berisiko cukup tinggi, karena faktor eksternal seperti sektor minyak dan pertambangan memiliki risiko tinggi dan potensi kerugian yang tinggi bagi bank. Hal ini menjadi kunci dalam perencanaan strategis yang diambil oleh manajemen BNI guna menghindari risiko investasi terlalu tinggi. Selain itu, kegiatan penguatan kredit ke segmen menengah juga dilakukan melalui peningkatan kualitas monitoring pembiayaan kredit, dengan memberikan kewenangan pimpinan wilayah, yang lebih fokus pada pembiayaan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pembeli. Penambahan kewenangan ini membuka peluang dalam mengelola risiko dan memperbaiki hasil penerapan kebijakan kredit secara lebih efisien.
Adapun strategi pengoptimalan kredit ke segmen menengah mencakup peningkatan kualitas monitoring pembiayaan melalui pemberian kewenangan pimpinan wilayah. Selain itu, pengelolaan debitor-debitor segmen menengah juga menjadi prioritaskan untuk mendorong pembiayaan melalui sistem supply chain financing yang terkait dengan korporasi. Dalam rangka itu, manajemen BNI juga memperhatikan pembiayaan produk-produk yang terkait dengan pembiayaan keuangan, baik dalam bentuk kredit, kartu kredit, maupun pembiayaan yang ditangani melalui sistem pembiayaan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa BNI tetap mengutamakan kualitas dan transparansi dalam proses layanan kredit kepada para pembiayaan keuangan. Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan tersebut mencerminkan upaya BNI dalam mengembangkan nilai perusahaan melalui pengalaman pembiayaan yang berkelanjutan, termasuk keberlanjutan dalam proses pembiayaan produk yang lebih berkualitas.
Sementara itu, BNI juga mengalokasikan pembiayaan kepada Sektor Consumer Banking, yang mencapai alokasi 16,9% dari total kredit. Alokasi ini didominasi oleh produk seperti Kredit Kepemilikan Rumah (BNI Griya), Kartu Kredit, dan Fleksi. Kredit ke segmen ini tumbuh 14,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Strategi yang diambil oleh BNI dalam pengembangan kredit ini adalah pengoptimalan produk payroll nasabah dari debitor institusi, serta pemanfaatan teknologi cross sell untuk meningkatkan transparansi dan kepuasan nasabah. Mengambil pendekatan terhadap pasar konsumen memperhatikan kebutuhan klien, terutama dalam bentuk pembiayaan yang lebih terarah dan lebih terjangkau. Ini menjadi langkah penting dalam memperkuat posisi BNI sebagai bank terbaik di bidang pengembangan perekonomian terhadap masyarakat.
Penutupan dari laporan BNI ini menunjukkan bahwa manajemen bank telah mengambil langkah-langkah yang terukur dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan struktur kredit yang lebih terstruktur. Implikasi dari keputusan ini adalah bahwa BNI melanjutkan strategi yang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kredit secara lebih efisien dan terdokumentasikan. Secara lebih luas, ini menjadi bukti bahwa BNI berkomitmen untuk membangun infrastruktur kredit yang berkelanjutan dan menyediakan layanan yang lebih berkualitas bagi para pelaku keuangan maupun pengguna. Menurut Direktur Utama BNI, langkah berikutnya adalah pengembangan terus menerus dalam membangun sistem yang terintegrasi dalam memastikan kualitas layanan terus meningkat, serta peningkatan jangkauan terhadap semua pasar yang tergolong dalam konteks ekonomi yang lebih stabil dan terdokumentasikan secara lebih baik.
