Jelang Ramadhan Muat Di Pelabuhan Pelabuhan Gresik, yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) (Pelindo), menjadi salah satu pusat perekonomian yang mengalami perbaikan secara signifikan pada tahun 2016. Dalam kondisi ekonomi yang mulai mengalami perubahan positif setelah mendorong pembangunan perekonomian di Indonesia, keberhasilan ini terlihat jelas dalam pergerakan kapal yang mengangkut komoditas curah cair. Dalam perbaikan ini, perlu diketahikan bahwa jumlah kapal yang mengangkut komoditas curah cair di Pelabuhan Gresik meningkat secara signifikan pada April 2016 dibandingkan April tahun lalu.
Menurut Supervisor Bongkar Muat Non Curah Kering Pelindo III Gresik, Imam Haromain, kenaikan jumlah kapal yang mengangkut komoditas curah cair pada April 2016 mencerminkan keberlangsungan permintaan pasar yang tinggi. Dalam kondisi tersebut, banyak kapal yang mengangkut CPO (crude palm oil), komoditas penting dalam ekspor dan impor Indonesia, memilih untuk menempuh jalan melalui dermaga curah cair. Perlu diketahui bahwa sebelumnya kapal CPO umumnya melakukan bongkar muat di dermaga 70, namun karena kebutuhan pasar yang meningkat, sebagian besar kapal tersebut diarahkan ke dermaga curah cair untuk mengurangi kerapatan dan meningkatkan efisiensi operasional.
“Semua kapal dengan rata-rata tonase mencapai 2.500 hingga 3.500 GT dapat melakukan bongkar muat CPO minimal selama dua hari,” ujar Haromain. Kenaikan ini disebabkan oleh perluasan permintaan pasar CPO yang tinggi. Permintaan tersebut juga diperkuat oleh fakta bahwa permintaan CPO meningkat seiring pertumbuhan bisnis, terutama saat menjelang bulan puasa Ramadan. Dalam situasi seperti itu, pemasok mempersiapkan sejak jauh-jauh hari sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini mendasarkan pada penemuan bahwa permintaan CPO terus meningkat, sehingga arus barang bongkar muat curah cair di Pelabuhan Gresik meningkat secara ekstrak dari jumlah kapal yang sedang mengangkut komoditas tersebut.
Berdasarkan data Pelindo III, jumlah arus barang dalam satuan ton/liter mencapai 25.980 ton/liter pada April 2016, menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan April tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14.468 ton/liter. Proses ini mungkin disebabkan oleh faktor eksternal seperti permintaan pasar yang tinggi dan perubahan dalam strategi logistik pelayaran. Penurunan jumlah kapal yang mengangkut komoditas curah cair tidak menjadi masalah utama, karena keberlangsungan permintaan dan arus barang yang terus mengalir secara ekspresif.
Ini menunjukkan bahwa keberhasilan dari strategi pemerintah untuk memulai kembali perekonomian di Indonesia telah berdampak pada bidang kepelabuhanan. Pada tahun 2016, pembangunan infrastruktur dan keberlangsungan bisnis pelabuhan seperti Gresik menunjukkan potensi baru dalam pengembangan ekonomi dan perdagangan. Hal ini mendorong terbentuknya lingkungan perdagangan yang lebih efisien, serta mengingat bahwa terdapat potensi pembangunan ekstrinsik lain dalam bidang ekspor yang terus berkembang.
Baca Juga:
Menurut Haromain, pihak penyelenggara pelabuhan dan pihak pemangku keputusan terus memperbaiki sistem logistik dan berikan keterlibatan lebih baik pada perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan perluasan infrastruktur, serta pengembangan jaringan pelayaran, sejalan dengan keberlangsungan ekonomi yang terus mengalami perubahan, pelabuhan Gresik akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan yang lebih efisien di masa depan. Dengan mengoptimalkan peran pelabuhan sebagai gerbang perdagangan, keberlanjutan ekonomi Indonesia di masa depan dapat terus dipertahankan. Seiring dengan itu, pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang lebih lanjut untuk menekan masuknya kompetensi dalam pengolahan komoditas dan pengembangan kinerja pelabuhan.
