Blog Web & Deep Insights

SDM Indonesia Lemah: Kurangnya Mindset Bisnis Hambat Daya Saing

Sdm indonesia lemah kurangnya mindset Bisnis dan teknologi berkembang sangat cepat sehingga menciptakan ekosistem digital yang semakin kompetitif dan memaksa pelaku usaha beradaptasi secara kontinu. Dalam situasi tersebut, industri berbasis kreatif—yang mengandalkan ide, desain, dan konten—dinilai lebih sustain karena fleksibilitasnya dalam menyerap tren serta kemampuannya menghadirkan pengalaman unik yang susah digantikan mesin. Apriyani Kurniasih menyampaikan observasi ini untuk menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan di sektor kreatif.

Jakarta—Tingkat persaingan bisnis makin tajam. Mereka yang dapat memenangkan kompetisi adalah yang memiliki inovasi, cepat menyesuaikan diri dan memiliki SDM yang siap dengan kompetensi.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika dari Kementerian Informasi dan Komunikasi, Bambang Heru Tjahjono mengungkapkan, era sekarang menuntut pemerintah untuk tanggap terhadap laju teknologi yang cepat. “Orang-orang kreatif amat dibutuhkan” ujarnya.

Senada dengan Bambang, Robby Susatyo, Chairman of Indonesian MAKE Award menambahkan bahwa industri berbasis kreatif lebih siap. “”Industri berbasis kreatif lebih sustain,” terangnya.

Menurut Robby, organisasi atau perusahaan saat ini dituntut untuk bisa mengelola sumberdaya manusia dengan lebih bijaksana. Robby pun merujuk kepada perhatian UNESCO yang menyebutkan bahwa inovasi pada level individu dan kelompok merupakan kekayaan sebuah negara.

“Oleh karena itu, kita harus memiliki ekosistem yang inovatif, dan untuk menumbuhkan ide memerlukan pengetahuan, keterampilan dan individu kreatif,” lanjut dia.

Ery Punta Hendaswara, pria yang kini menangani Divisi Digital di PT Telkom Indonesia juga mengakui betapa sulitnya mencari individu yang mumpuni di era sekarang. Hal itu berdasarkan pengalamannya dalam menangani Divisi Digital di PT Telkom yang membuktikan bahwa banyak yang belum siap. “Banyak yang belum siap dengan pola pikir bisnis,” imbuh Ery.

Telkom, lanjut Ery, memang memiliki divisi yang membantu para inovator muda untuk dibantu. “Funding saja tidak cukup, mereka ternyata belum siap untuk menangani secara lebih profesional,”pungkasnya.

Exit mobile version