Qii 2016 Ekonomi Ri Bertambah Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan data ekonomi Indonesia pada triwulan II-2016 mengenai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2015, mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,18% (yoy) atau 4,66% (q-to-q) terhadap triwulan sebelumnya. Dalam kesempatan ini, ekonomi Indonesia terukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai Rp3.086,6 triliun untuk triwulan II-2016, sementara PDB pada tahun 2010 diukur dengan harga konstan tercapai nilai Rp2.353,2 triliun.
Kepala BPS, Suryamin, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh hampir semua lapangan usaha, meskipun ada keterbatasan dalam beberapa sektor. Pertumbuhan terbesar dicapai oleh Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh 13,51%. Ini menunjukkan pergerakan pasar keuangan yang meningkat, terutama dalam hal investasi dan pengambilan keuntungan dari produk asuransi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan juga didukung oleh hampir semua komponen, dengan salah satu dari mereka yang mampu mencatat pertumbuhan tertinggi. Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga tumbuh 6,72%. Ini menggambarkan bahwa kebutuhan konsumsi masyarakat yang berkepentingan pada kebutuhan ekonomi menjadi lebih dominan pada triwulan tersebut.
Di dalam data yang diberikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2016 secara keseluruhan terukur sebesar 4,02% (q-to-q) terhadap triwulan sebelumnya. Pertumbuhan terbesar didukung oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mencapai 11,90%. Keberadaan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi pengembang perekonomian penting yang menunjukkan kekuatan ekosistem alam yang mungkin berkontribusi terhadap penguatan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh 36,16%. Ini merupakan indikator penting bahwa anggaran pemerintah membutuhkan lebih banyak anggaran dalam mendukung kebutuhan konsumsi, meskipun belum terlalu besar.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam semester I-2016 (c-to-c) mencapai 5,04% dan menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi produksi, semua lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan, kecuali 1,01% terjadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian berpotensi mengalami gangguan yang perlu dipertimbangkan. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga, tumbuh 6,56%. Ini mengindikasikan bahwa konsumsi dalam bentuk layanan sosial yang berkaitan dengan rumah tangga menjadi prioritas ekonomi saat ini. Penambahan ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan ekonomi terutama di dalam jangkauan masyarakat yang terpenting.
Baca Juga:
Ekonomi Indonesia pada triwulan II-2016 secara spasial didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar, yakni 58,81%, dalam PDB, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,02%, dan Pulau Kalimantan 7,61%. Ini menggambarkan bahwa ekonomi pulau Jawa mendapat perhatian paling besar karena kekuatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di sektor penerbitan dan keuangan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pulau-pulau ini memiliki potensi besar terhadap pengembangan ekonomi lokal, terutama dalam sektor keuangan dan industri perdagangan. Tindakan pembangunan infrastruktur, pengembangan layanan keuangan, dan pengelolaan perbankan dapat membantu mengembangkan ekonomi di pulau-pulau tersebut secara lebih efisien dan menyeluruh.
Adapun penutupan terhadap ekonomi Indonesia dalam triwulan II-2016 memberikan gambaran terhadap perkembangan ekonomi yang terus meningkat. Namun, peningkatan ini tidak terlepas dari pertimbangan pada dampak ekonomi terhadap perekonomian berkelanjutan. Sementara itu, kebijakan pemerintah yang membutuhkan kebijakan lebih terbuka terhadap pengembangan ekonomi juga harus terus dilakukan dengan kebijakan terencana yang berbasis data. Langkah berikutnya yang harus diambil adalah menilai dan memantau pertumbuhan ekonomi terhadap kualitas ekonomi dan keberlanjutan ekonomi, terutama dengan memperhatikan pertumbuhan terhadap lapangan usaha dan pengeluaran konsumsi yang lebih dalam. Keputusan strategis dan perencanaan pembangunan perlu diperhatikan oleh pemerintah agar memastikan ekonomi tidak berada dalam keadaan yang menimbulkan gangguan terutama dalam pengembangan berkelanjutan dan perekonomian yang lebih efisien.
