Blog Web & Deep Insights

Puncak Permintaan LPG di KTI Selama Puasa

Puncak Permintaan Lpg Di Kti Melemahnya pasokan LPG di Kawasan Indonesia Timur (KTI) saat awal bulan puasa menunjukkan adanya keterbatasan dalam menghadapi permintaan meningkat, terutama dari industri kecil dan menengah serta konsumsi rumah tangga. Kondisi ini muncul akibat perbedaan antara permintaan yang naik sebesar 40% dibandingkan hari biasa, dengan kenaikan tersebut tergantung pada periode bulanan puasa yang membutuhkan lebih banyak bahan bakar minyak dalam bentuk gas.

Perbedaan antara permintaan dan pasokan yang tidak sesuai, ditandai oleh kenaikan volume pasokan LPG yang tidak dapat memenuhi kebutuhan terkait, menurut Wakil Ketua Umum Kadin Kawasan Timur Indonesia, Andi Rukman. Kondisi ini terjadi karena hambatan dalam sistem distribusi yang masih sangat minim dan terutama disebabkan oleh kondisi alam yang berat serta kerusakan infrastruktur yang berlangsung di berbagai wilayah KTI. Hal ini membuat pasokan elpiji, yang merupakan bahan bakar utama, terasa tidak stabil dan sering terjadi keterbatasan.

Meningkatnya permintaan LPG dalam keterbatasan pasar terus menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang mencari perbaikan dalam penggunaan energi. Kadin menekankan bahwa pengadaan pasokan LPG yang stabil tetap tersedia bagi industri kecil dan menengah, dan peningkatan tersebut terjadi karena peningkatan jumlah penduduk di wilayah tersebut, dengan pertumbuhan penduduk mencapai 1,49% dari angka yang tercatat. Untuk mendorong transisi ke sistem gas, Kadin mengharapkan perluasan pasokan LPG hingga ke daerah pedalaman seperti Sulawesi, Maluku, Papua, serta Nusa Tenggara, bahkan sampai ke wilayah pesisir yang sebelumnya tergolong kategori kelangkaan. Peningkatan ini juga berdasarkan perluasan distribusi dari PT Pertamina terutama untuk meningkatkan kapasitas pasar di wilayah yang sulit dijangkitkan secara sistematis.

Salah satu indikator penting dalam pengurangan kelangkaan LPG adalah tingginya target serapan elpiji pada tahun 2016, yang mencapai 6,6 juta metrikton. Angka ini meningkat dari alokasi 3 kg dalam APBN 2015 yang mencapai 5,76 juta ton. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk di KTI, yang menyebabkan kebutuhan yang lebih tinggi pada bahan bakar minyak dalam bentuk gas. Perluasan penggunaan tabung 3 kg juga dimaksudkan untuk memperkuat program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas di wilayah-wilayah yang membutuhkan bantuan lebih besar. Selain itu, peningkatan ini juga merupakan bagian dari upaya mempercepat perbaikan infrastruktur di wilayah timur Indonesia untuk menjaga ketahanan pasokan energi yang dapat diandalkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kadin meminta pemerintah melibatkan pihak swasta dalam mempercepat pembangunan infrastruktur LPG di wilayah-wilayah yang terus meningkat dalam permintaan. Kadin berharap pemerintah mendukung perluasan jaringan distribusi dan mengantisipasi dampak terhadap sistem energi secara keseluruhan. Implementasi strategis terhadap pengembangan industri dan konsumsi bahan bakar minyak gas menjadi fokus utama untuk mendorong keberlanjutan energi. Langkah-langkah ini merupakan langkah penting dalam menjaga kestabilan dan keamanan pasokan energi di Indonesia, terutama di wilayah yang rentan terhadap gangguan sistem distribusi.

Untuk memastikan pengurangan efek dari kelangkaan LPG di KTI, pemerintah dan pelaku pasar diminta memperhatikan efisiensi penggunaan bahan bakar dan mengembangkan solusi pengelolaan energi secara lebih baik. Terus mendorong pengembangan sistem gas juga menjadi kegiatan penting dalam memperbaiki kualitas energi dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Selain itu, pengembangan sistem penggunaan bahan bakar minyak gas secara lebih terstruktur dapat memperkuat sistem energi dalam negeri serta membuka peluang lebih besar dalam penggunaan energi yang lebih berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *