Blog Web & Deep Insights

PMK Goyang Bisnis Kredit, BRI Tetap Optimis

Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39/PMK.03/2016 tentang rincian jenis data dan informasi serta tata cara penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan, banyak bank mengaku mengalami penutupan kartu kredit. Peraturan tersebut yang berlaku sejak 22 Maret 2016 mewajibkan penerbit kartu kredit melaporkan data transaksi nasabah, termasuk informasi seperti nama bank, nomor rekening, ID merchant, nama merchant, nama pemilik kartu, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), bulan tagihan, tanggal transaksi, rincian dan nilai transaksi, serta pagu kredit. Laporan tersebut harus disampaikan secara elektronik (online) atau langsung paling lambat pada 31 Mei 2016, dan data harus diserahkan setiap akhir bulan.

Perubahan ini mencerminkan kekhawatiran di industri kartu kredit terhadap perubahan standar pelaporan transaksi yang semakin ketat. Namun, dalam ketergantungan terhadap isu tersebut, BRI menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan penyelenggaraan layanan perbankan. Dengan dukungan terhadap keberlangsungan bisnis, BRI tidak terlambat dalam menghadapi tantangan ini, dan menggambarkan peran penting perubahan teknologi dan strategi pemasaran. Penurunan kepercayaan terhadap pelaporan data ini menyebabkan banyak bank mengalami penurunan jumlah kartu yang dikembangkan dan ditutup secara masif. Namun, BRI mengatakan bahwa angka tersebut tidak memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bisnis mereka, dan perusahaan ini tetap berjuang untuk terus mengembangkan produk secara efektif. Tidak demikian dengan BRI. Dalam pengembangan bisnis kartu kredit BRI, terkait pelaporan data, bank ini justru optimis dalam menghadapi peluang besar dalam periode ini. Menurut Direktur Konsumer BRI, Sis Apik Wijayanto, hal ini karena segmentasi nasabah BRI berbeda dengan bank lain, sehingga membuat mereka lebih sensitif terhadap isu pelaporan transaksi tersebut. Secara keseluruhan, pelaporan data transaksi berdasarkan peraturan yang ditetapkan menunjukkan perbedaan strategi dan keberlanjutan perbankan. Sejumlah bank mengalami masalah dan memperlihatkan kehilangan trust dari masyarakat, namun BRI menganggap bahwa keberlanjutan bisnis masih tergantung pada strategi keuangan. Perusahaan ini menyampaikan bahwa penutupan kartu terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah karena permintaan nasabah yang meningkat.

Keberlanjutan bisnis kartu kredit BRI tahun ini menunjukkan keberanian dalam mengambil langkah strategis. Tahun ini, bank mengarahkan perhatian terhadap pengembangan pasar middle class, yang terdiri dari para pelaku bisnis yang berbeda dari pasar konsumen biasa. Menurut Sis Apik, angka penutupan kartu BRI dalam tiga bulan terakhir rata-rata 1.500 lembar per bulan, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan kartu baru yang mencapai 30 ribu lembar pada Maret 2016. Ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bisnis bank tidak tergantung hanya pada tingkat pelaporan dan transaksi, tetapi pada kemampuan mengelola dan membangun pasar. Namun, terkadang, keberlangsungan bisnis juga terbatas pada keputusan individu nasabah, terutama saat terjadi perubahan di bidang hukum, regulasi, atau kebijakan pemerintah. Di sisi lain, perusahaan ini mengklaim bahwa hal ini tidak berarti tidak memiliki tantangan. Namun, mereka tetap menyatakan bahwa angka tersebut tidak merusak kepercayaan masyarakat atau pihak yang terkait. Sis Apik juga menyebutkan bahwa BRI memiliki target tinggi dalam peningkatan jumlah kartu pada tahun ini. Harapan BRI adalah makin bertambahnya jumlah kartu kredit yang dapat digunakan dan dianggap lebih cocok terhadap kebutuhan masyarakat. Target ini terkait dengan pengembangan produk BRI Touch, yang merupakan jenis kartu kredit yang ditujukan khusus untuk kebutuhan anak muda. Produk ini menjadi solusi bagi para pelaku usaha yang ingin memiliki keterbatasan keuangan namun tetap terbuka terhadap berbagai perubahan keuangan. Produk BRI Touch ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keluarga muda yang membutuhkan kredit yang lebih ringan dan mudah digunakan. Namun, di sisi lain, terkadang, masalah terhadap penggunaan kartu kredit berdasarkan regulasi ini mengganggu perusahaan. Dalam hal ini, tidak semua bank menerima perubahan tersebut dengan baik. Tidak demikian dengan BRI. Perusahaan ini terus berusaha mengembangkan bisnis dan mengantisipasi terhadap keputusan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung keberlanjutan bisnis mereka.

Menurut Sis Apik Wijayanto, salah satu pendorong bisnis kartu kredit BRI tahun ini adalah BRI Touch, produk kartu kredit yang cocok untuk kebutuhan anak muda. Produk ini menjadi solusi bagi pelaku usaha yang ingin memiliki keterbatasan keuangan namun tetap terbuka terhadap berbagai perubahan keuangan. Produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keluarga muda yang membutuhkan kredit yang lebih ringan dan mudah digunakan. Namun, di sisi lain, terkadang, masalah terhadap penggunaan kartu kredit berdasarkan regulasi ini mengganggu perusahaan. Dalam hal ini, tidak semua bank menerima perubahan tersebut dengan baik. Tidak demikian dengan BRI. Perusahaan ini terus berusaha mengembangkan bisnis dan mengantisipasi terhadap keputusan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung keberlanjutan bisnis mereka. Menurut Sis Apik, BRI terus berkomitmen untuk terus mengembangkan produk ini. BRI akan terus mengarahkan perhatian terhadap pengembangan pasar middle class, yang terdiri dari para pelaku bisnis yang berbeda dari pasar konsumen biasa. Menurut Sis Apik, angka penutupan kartu BRI dalam tiga bulan terakhir rata-rata 1.500 lembar per bulan, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan kartu baru yang mencapai 30 ribu lembar pada Maret 2016. Ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bisnis bank tidak tergantung hanya pada tingkat pelaporan dan transaksi, tetapi pada kemampuan mengelola dan membangun pasar. Namun, terkadang, keberlangsungan bisnis juga terbatas pada keputusan individu nasabah, terutama saat terjadi perubahan di bidang hukum, regulasi, atau kebijakan pemerintah. Di sisi lain, perusahaan ini menyampaikan bahwa angka tersebut tidak merusak kepercayaan masyarakat atau pihak yang terkait. Sis Apik juga menyebutkan bahwa BRI memiliki target tinggi dalam peningkatan jumlah kartu pada tahun ini. Harapan BRI adalah makin bertambahnya jumlah kartu kredit yang dapat digunakan dan dianggap lebih cocok terhadap kebutuhan masyarakat. Target ini terkait dengan pengembangan produk BRI Touch, yang merupakan jenis kartu kredit yang ditujukan khusus untuk kebutuhan anak muda. Produk ini menjadi solusi bagi para pelaku usaha yang ingin memiliki keterbatasan keuangan namun tetap terbuka terhadap berbagai perubahan keuangan. Produk BRI Touch ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keluarga muda yang membutuhkan kredit yang lebih ringan dan mudah digunakan. Namun, di sisi lain, terkadang, masalah terhadap penggunaan kartu kredit berdasarkan regulasi ini mengganggu perusahaan. Dalam hal ini, tidak semua bank menerima perubahan tersebut dengan baik. Tidak demikian dengan BRI. Perusahaan ini terus berusaha mengembangkan bisnis dan mengantisipasi terhadap keputusan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung keberlanjutan bisnis mereka.

Implikasi dari perubahan regulasi ini dalam sektor perbankan terutama pada pihak pengguna kartu kredit, terutama anak muda yang menggunakan BRI Touch. Produk ini menjadi solusi bagi para pelaku usaha yang ingin memiliki keterbatasan keuangan namun tetap terbuka terhadap berbagai perubahan keuangan. Produk BRI Touch ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keluarga muda yang membutuhkan kredit yang lebih ringan dan mudah digunakan. Namun, di sisi lain, terkadang, masalah terhadap penggunaan kartu kredit berdasarkan regulasi ini mengganggu perusahaan. Dalam hal ini, tidak semua bank menerima perubahan tersebut dengan baik. Tidak demikian dengan BRI. Perusahaan ini terus berusaha mengembangkan bisnis dan mengantisipasi terhadap keputusan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung keberlanjutan bisnis mereka. Menurut Sis Apik, BRI terus berkomitmen untuk terus mengembangkan produk ini. BRI akan terus berjuang untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi dalam menangani keputusan pemerintah terhadap regulasi yang terkait dengan pelaporan data transaksi kartu kredit. BRI akan terus mengarahkan perhatian terhadap pengembangan pasar middle class, yang terdiri dari para pelaku bisnis yang berbeda dari pasar konsumen biasa. Menurut Sis Apik, angka penutupan kartu BRI dalam tiga bulan terakhir rata-rata 1.500 lembar per bulan, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan kartu baru yang mencapai 30 ribu lembar pada Maret 2016. Ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bisnis bank tidak tergantung hanya pada tingkat pelaporan dan transaksi, tetapi pada kemampuan mengelola dan membangun pasar. Namun, terkadang, keberlangsungan bisnis juga terbatas pada keputusan individu nasabah, terutama saat terjadi perubahan di bidang hukum, regulasi, atau kebijakan pemerintah. Di sisi lain, perusahaan ini menyampaikan bahwa angka tersebut tidak merusak kepercayaan masyarakat atau pihak yang terkait. Sis Apik juga menyebutkan bahwa BRI memiliki target tinggi dalam peningkatan jumlah kartu pada tahun ini. Harapan BRI adalah makin bertambahnya jumlah kartu kredit yang dapat digunakan dan dianggap lebih cocok terhadap kebutuhan masyarakat. Target ini terkait dengan pengembangan produk BRI Touch, yang merupakan jenis kartu kredit yang ditujukan khusus untuk kebutuhan anak muda. Produk ini menjadi solusi bagi para pelaku usaha yang ingin memiliki keterbatasan keuangan namun tetap terbuka terhadap berbagai perubahan keuangan. Produk BRI Touch ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keluarga muda yang membutuhkan kredit yang lebih ringan dan mudah digunakan. Namun, di sisi lain, terkadang, masalah terhadap penggunaan kartu kredit berdasarkan regulasi ini mengganggu perusahaan. Dalam hal ini, tidak semua bank menerima perubahan tersebut dengan baik. Tidak demikian dengan BRI. Perusahaan ini terus berusaha mengembangkan bisnis dan mengantisipasi terhadap keputusan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung keberlanjutan bisnis mereka.

  • Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39/PMK.03/2016 memerlukan penerbit kartu kredit melaporkan data transaksi nasabah secara elektronik atau langsung, mulai 31 Mei 2016, dan data diserahkan setiap akhir bulan.
  • Tahun 2016, BRI menargetkan lebih dari satu juta kartu, dengan target penambahan kartu mencapai 30 ribu lembar pada Maret 2016.
  • Angka penutupan kartu BRI dalam tiga bulan terakhir rata-rata 1.500 lembar per bulan, yang jauh lebih kecil dari pertumbuhan kartu baru.
  • Segmentasi nasabah BRI berbeda dengan bank lain, menjadikannya tidak sensitif terhadap isu pelaporan transaksi ini.
  • BRI menargetkan pengembangan pasar middle class, yang merupakan kebutuhan terhadap kredit dari anak muda.
  • Produk BRI Touch adalah kartu kredit yang ditujukan untuk kebutuhan anak muda, terutama di segmen usaha yang lebih muda.
  • Bank lain mengalami penurunan jumlah kartu yang dikembangkan, sementara BRI tetap mengutamakan strategi keuangan dan pelaporan data transaksi yang sesuai dengan regulasi.
  • Implikasi dari regulasi ini terhadap masyarakat dan pengguna kartu kredit meliputi perubahan dalam pilihan produk dan kepercayaan terhadap perbankan.
Exit mobile version