Kebutuhan Dukungan Untuk Industri Busana Industri busana muslim menjadi salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dalam bidang ekonomi kreatif di Indonesia, menawarkan potensi besar untuk pengembangan ekonomi nasional. Hal ini menjadi fokus perhatian para pemerintah dan sektor industri dalam menyusun roadmap industri kreatif, khususnya di sektor fashion Islam. Kegiatan penanganan isu ini diselenggarakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) bersama dengan berbagai kementerian terkait, termasuk Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Bekraf.
Untuk memperluas perhatian terhadap industri busana muslim, kelompok kerja ini mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tujuan menganalisis potensi pemanfaatan berbagai aspek industri kreatif, terutama dalam bidang fashion Muslim. Ketua Pokja Industri Kreatif KEIN, Irfan Wahid, menjelaskan bahwa kehadiran industri kreatif dalam pertumbuhan ekonomi sangat terkait dengan dua komponen utama: kuliner dan fashion. Namun, Irfan mengatakan bahwa industri busana muslim berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam pertemuan tersebut, Irfan Wahid menyebut bahwa industri busana muslim di Indonesia memiliki potensi besar. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara anggota Organisasi Kerjasama Negara Islam (OKI) yang menjadi pengimportan busana muslim terbesar di dunia, mengikuti bangsa-bangsa seperti Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara produsen busana muslim terkemuka, tetapi kenaikan peringkat posisi industri ini di dunia masih terbatas, meski memiliki potensi yang tinggi. Peringkat ke-5 di dunia dalam hal penggunaan busana muslim tetap mengungguli negara-negara seperti Turki, Uni Emirat Arab, dan Nigeria. Tapi terbukti bahwa industri busana muslim ini memiliki peluang eksternal yang besar untuk pengembangan dan pembiakan di pasar global yang semakin global dan terbuka.
Lebih lanjut, Irfan menyatakan bahwa potensi industri berbasis halal di Indonesia masih relatif terbatas, terlebih jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malasyia yang menjadi leader industri busana muslim dunia. Meskipun Indonesia memiliki kekuatan dalam berbagai aspek budaya seperti batik dan tenun, perbedaan terkait status industri kreatif masih menjadi tantangan yang harus dihadapi. Irfan memaparkan bahwa industri busana muslim memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi, namun tetap menurut pemerintah dan pelaku industri yang memastikan kenyamanan dan pengembangan secara menyeluruh. Kita punya potensi luar biasa dalam industri busana muslim, tapi kita perlu lebih besar lagi dalam membentuk struktur yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Saat ini, industri busana muslim dalam bentuk pengolahan busana muslim secara global mengalami pertumbuhan. Beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malasyia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Inggris, dan Prancis telah berada di posisi dominan dalam bidang pemasaran busana muslim. Indonesia terus berusaha untuk mendatangkan kehadiran produk busana muslim yang memiliki daya saing tinggi dengan kualitas tinggi dan inovasi. Tetapi, masih ada tantangan besar terutama dalam permasalahan regulasi, pengawasan, dan ekstrusi produk yang menimbulkan risiko terhadap keamanan produk busana muslim. Dari keterangan tersebut, keputusan terkait pengembangan industri kreatif di bidang busana muslim menjadi perlu dilaksanakan secara serius dan menyeluruh, dan terus memperluas kerangka kerja yang melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan peluang ekonomi dan ekspansi industri.
Untuk meningkatkan posisi industri busana muslim di Indonesia dan mendukung pengembangan ekonomi nasional, kegiatan FGD ini diadakan sebagai langkah awal. Selain itu, Irfan Wahid menyatakan bahwa pemerintah dan pelaku industri harus mengambil langkah terdepan dalam menyusun kerangka kerja pengembangan industri kreatif. Dalam hal ini, keberlanjutan dan keberlangsungan ekonomi yang terus berkembang dari industri busana muslim menjadi prioritas utama. Kemenangan atas peringkat yang telah dibahas dapat mempercepat pengembangan industri busana muslim. Langkah selanjutnya yang diharapkan adalah pengelolaan kebijakan pemerintah yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta pembentukan kerangka kerja industri yang lebih terintegrasi. Selain itu, industri kreatif busana muslim juga dikeluarkan dari peran sektor yang masih tidak terbuka, yaitu industri busana muslim dari bidang ekonomi kreatif dan berbasis halal, yang harus dilibatkan secara langsung.











