Ekonomi Perubahan Strategi Meningkatkan Reaksi Presiden Indonesia secara resmi mengumumkan reshuffle kabinet ekonomi pada hari ini, yang menandai sebuah langkah strategis dalam upaya memperbaiki koordinasi kerja sama antara seluruh kabinet pemerintah. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menggambarkan bahwa pengumuman ini cukup positif bagi ekonomi, mengingat perubahan struktur kepentingan yang dilakukan dalam penanganan prioritas rintangan keuangan dan kestabilan makro ekonomi.
Hasil pengumuman tersebut tercermin dalam pergerakan pasar ekonomi yang terjaga kekuatan secara signifikan dalam waktu sejak hari terakhir. Jakarta Composite Index (JCI) mengalami kenaikan lebih dari 1% hingga mencapai level 5,279, menunjukkan sinyal kuat terhadap kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah. Tidak hanya itu, rupiah juga mengalami penurunan harga sebesar 0,25% hingga mencapai harga Rp13,135 per dollar dari harga Rp13,165 sebelumnya, yang menandakan kepercayaan terhadap pergerakan ekonomi terjadi secara positif terhadap ekspektasi pasar.
Baca Juga:
Saat ini, kondisi pasar obligasi juga mengalami perubahan yang terbukti dalam penurunan yield SUN sebesar 4–9 basis point, yang mengindikasikan adanya inflow investor yang meningkat. Menurut Josua, perubahan ini merupakan indikator yang mendukung kepercayaan investor terhadap kebijakan penggantian menteri, terutama dalam konteks penyelesaian pembangunan perekonomian dalam jangka panjang. Namun, sebagian besar indikator makro masih berada dalam kawasan terkendali, di mana GDP terlihat stabil, inflasi terus menurun, dan ekstrim balans eksternal tergolong sehat.
Kendati demikian, beberapa isu ekonomi masih menjadi fokus penting dalam jangka pendek dan menengah, termasuk ketimpangan sosial, ketimpangan kelas menengah, serta ketidaksesuaian dalam penggunaan sumber daya untuk kepentingan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang belum memperoleh kehadiran yang lebih lanjut. Isu-middle income trap dan ketahanan daya beli masyarakat masih menjadi tanda bahwa kesejahteraan rakyat belum bisa diselaraskan dengan ekonomi yang terus meningkat.
Mengutip data yang terkait dengan rilis data upah riil buruh tani dan pekerja informal, menurut Josua, kinerja ekonomi belum cukup berkualitas. Pertumbuhan ekonomi di bawah sumber daya tenaga kerja belum mampu dikelola secara efisien oleh pemerintah, terutama karena daya serap tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi menurun secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang diterapkan masih belum mencakup berbagai peluang industri dan manufaktur yang dibutuhkan.
Beberapa masalah lainnya yang harus dikembangkan adalah penerimaan negara, serta kemampuan masing-masing menteri mengelola belanja modal secara efisien. Dalam konteks ini, peningkatan kinerja belanja dan efisiensi anggaran menjadi prioritas penting. Keterbukaan dalam pengelolaan pengeluaran pemerintah, terutama belanja modal, dapat menghindari konsumsi dana yang tidak efisien dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
Di dalam konteks ini, menteri-menteri di bidang ekonomi juga harus berkoordinasi lebih cepat dan efektif untuk menjaga kepercayaan investor dalam memperkuat keputusan pemerintah dalam membangun kembali sistem keuangan dan ekonomi. Kinerja dalam penanganan tax amnesty, terutama yang diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, harus diantisipasi secara konsisten dan diterapkan secara lebih baik.
Terakhir, sebagian dari perubahan penggantian menteri terkait dengan ekonomi menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kinerja menteri masih tergantung pada penggunaan kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Sementara itu, ekonomi masih berada dalam kondisi di tengah ketidakpastian. Namun, dengan kebijakan terbaik yang diterapkan dan penerapan yang lebih baik dari semua keputusan terkait kebijakan, pemerintah berharap dapat menyelesaikan semua tantangan yang sedang terjadi.
