Bank Sampoerna Siap Tumbuh Anorganik Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) baru saja masuk ke kategori BUKU 2, menandai perkembangan signifikan dalam strategi ekspansi perusahaan. Setelah mencapai jumlah aset sebesar Rp6,7 triliun, perusahaan merencanakan langkah selanjutnya untuk memperoleh kategori BUKU 3, yang merupakan kategori bank yang lebih tinggi dalam skala perusahaan. Menurut Direktur Utama, Ali Rukmijah, pencapaian kategori BUKU 3 menjadi tujuan utama dalam jangka panjang, dengan tujuan utama tercapainya total aset sebesar Rp20 triliun.
Ali Rukmijah menjelaskan bahwa pencapaian target tersebut tidak hanya tergantung pada pertumbuhan organik, tetapi juga melalui proses anorganik, seperti akuisisi. Proses ini ditentukan oleh perbedaan kemampuan perusahaan dalam membuka kantor cabang secara bertahap. Saat ini, Bank Sampoerna memiliki 18 kantor cabang yang memperkuat jaringan bisnis, namun pembukaan kantor baru hanya dapat dilakukan dalam jumlah 3-5 cabang per tahun. Oleh karena itu, proses akuisisi menjadi langkah penting yang harus dilakukan untuk memperoleh keberadaan perusahaan di posisi yang lebih tinggi dalam peringkat bank.
Pada masa depan, Bank Sampoerna berencana memasukkan diri ke dalam kategori KUR, yang berarti peminjam kredit dari kategori perbankan umum. Tahun ini, perusahaan hanya membiayai sektor UMKM dengan kredit berkisar antara Rp200-300 juta. Namun, Ali Rukmijah menekankan bahwa perusahaan dapat memperoleh kredit usaha rakyat di bawah Rp50 juta dalam kurun waktu paling cepat dua tahun lagi. Ini menjadi dasar penyelesaian kinerja yang diharapkan. Selain itu, perusahaan juga sedang berperan dalam proses pengawasan oleh OJK, yang mendorong penyaluran KUR, namun Ali Rukmijah belum menganggap kebijakan tersebut sudah diimplementasikan secara utuh. Keterbatasan ini mengarahkan bahwa perusahaan masih dalam tahap keputusan strategis.
Mengenai fondasi keuangan, Ali Rukmijah menjelaskan bahwa perusahaan telah memperoleh suntikan modal sebesar Rp110 miliar dari pemegang saham pada bulan April lalu. Saat ini, modal perusahaan telah mencapai angka Rp1,02 triliun, yang mengindikasikan peningkatan secara ekstensif. Anggaran ini berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menjangkau pertumbuhan yang lebih besar. Namun, keputusan terkait penambahan modal dan kinerja bank masih tergantung pada keputusan strategis dari pihak perusahaan. Dengan pengembangan tersebut, Bank Sampoerna akan terus menghadapi tantangan dalam membuka kantor cabang lebih banyak, meningkatkan jumlah kredit yang diberikan ke UMKM, dan memperkuat jaringan perbankan.
Untuk menjaga kualitas dalam jangka panjang, perusahaan memilih untuk mengarahkan fokus utama pada bisnis yang telah dibentuk oleh pihaknya. Proses pertumbuhan akan terus dijelaskan dalam waktu dekat melalui evaluasi sistem perbankan. Keputusan akhir tentang masuk ke dalam KUR juga harus mempertimbangkan kebijakan OJK yang sedang mengatur kebijakan regulasi dalam sektor ini. Seiring perkembangan, perusahaan mengutamakan peran pemerintah dalam pengawasan keuangan, dengan memperkuat posisi dalam kategori bank yang lebih tinggi. Keputusan akhir akan menentukan arah strategis berikutnya dalam proses penguatan perusahaan dan menjamin pengembangan keuangan seiring perubahan dalam kondisi ekonomi yang semakin kompleks.
Untuk menjaga keberlangsungan bisnis, Bank Sampoerna memilih mengambil langkah strategis berdasarkan keterbatasan waktu dan keputusan pemerintah. Proses akuisisi merupakan langkah yang paling tepat untuk melaksanakan target yang diharapkan. Peningkatan aset, pembiayaan lebih luas, serta peningkatan kapabilitas dalam jangka panjang akan membentuk penguatan sistem bisnis. Selain itu, perusahaan juga harus merencanakan arah strategis berikutnya yang bisa menjaga kualitas dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Proses ini akan menjadi fokus utama dalam strategi perbankan yang berkelanjutan dalam masa depan.
