Blog Web & Deep Insights

Utang Luar Negeri RI Meningkat 6,2% Menjadi US$323,8 Miliar

Utang Luar Negeri Ri Meningkat Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II 2016 mencatat sebesar USD323,8 miliar, meningkat 6,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Data ini mencerminkan perubahan dalam struktur dan tren utang nasional pada periode tersebut, terutama dalam konteks pertumbuhan utama yang terjadi di jangka panjang dan jangka pendek.

Sebagai informasi dasar, berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang mengalami pertumbuhan 7,7% year-on-year (yoy), sedangkan ULN jangka pendek mengalami penurunan 3,1% (yoy). Pertumbuhan ULN jangka panjang mencapai USD282,3 miliar, menurut data BI, dengan posisi tersebut memperkuat peran utama dalam penggunaan dana eksternal untuk kepentingan investasi dan pengembangan. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2016 tercatat 36,8%, meningkat dari 36,6% pada triwulan I 2016, menunjukkan bahwa ekosistem utama ekonomi negara mengungkapkan tren perluasan kekuatan anggaran secara jangka panjang.

Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat, mencapai angka tertentu dalam perencanaan penggunaan dana luar, dan sementara ULN sektor swasta mengalami penurunan. Pada akhir triwulan II 2016, ULN sektor publik mencatat USD158,7 miliar (49% dari total ULN), dengan rasio penggunaan ulang terhadap PDB mencapai 17,9% (yoy), yang jelas lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara ULN sektor swasta mencapai USD165,1 miliar (51% dari total ULN), dengan rasio penggunaan dana yang lebih rendah, terutama dalam kebijakan pengeluaran perencanaan ekonomi terhadap penggunaan pemerintah.

Untuk penanganan dan pengembangan peran ULN dalam membangun sektor pertumbuhan, pemerintah menghadirkan perluasan dalam pelaksanaan pengelolaan utang, terutama dalam sektor swasta yang menempatkan kebutuhan utama bagi pembiayaan kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, rasio ULN jangka pendek terhadap cadangan devisa tercatat sebesar 37,8% pada triwulan II 2016, yang memperoleh perhatian besar terhadap tingkat risiko krisis yang berkembang di masyarakat. Keberlanjutan utama ekonomi negara mengacu pada keberlangsungan perencanaan terhadap utang luar, di mana keberadaan utama utang jangka pendek memberikan kontribusi yang lebih terbatas terhadap stabilitas ekonomi.

Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir triwulan II 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,9%. Di sisi lain, pertumbuhan tahunan ULN sektor listrik, gas & air bersih tercatat meningkat, sedangkan pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan melambat. Secara konsekuensi, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan mengalami kontraksi yang lebih dalam, mengindikasikan ketidakstabilan dalam penggunaan dana yang menghasilkan konflik ekonomi dalam masa yang berlangsung.

Bank Indonesia menilai bahwa perkembangan ULN pada triwulan II 2016 masih cukup sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Pemerintah terus memantau perkembangan ULN, terutama dalam kelompok ULN sektor swasta, yang menjadi faktor penting dalam penentuan keputusan ekonomi dan pengaturan pengeluaran publik. Langkah selanjutnya adalah penilaian terkait pengambilan keputusan terhadap struktur dan ketersediaan dana yang dipakai untuk perekonomian negara. Namun, dalam hal ini, pihak BI mengharapkan bahwa proses pengembangan ini mengikuti pola pengembangan berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan ekonomi. Implikasi dari langkah ini mencakup pengambilan keputusan yang memperkuat pengembangan sistem ekonomi tanpa menyebabkan kenaikan terhadap inflasi atau perubahan pada tatanan keuangan nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *