Blog Web & Deep Insights

Utang Luar Negeri RI Masuk Peringkat Tiga di Dunia

Utang Luar Negeri Ri Masuk Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2016 tercatat sebesar US$317 miliar, atau tumbuh 2 persen dalam setahunan (yoy). Dalam konteks tersebut, peningkatan nilai ini mencerminkan perbaikan dalam kecukupan utang luar negeri yang dialami negara, meskipun terdapat perbedaan antara pertumbuhan berdasarkan jangka waktu yang berbeda. Menurut BI, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan IV-2016 mencapai 34 persen, yang menurun dari 36,2 persen pada triwulan III-2016, menandakan perubahan dinamika ekonomi yang terjadi pada masa tersebut. Penurunan ini terkait dengan peningkatan terhadap utang jangka panjang, meskipun utang jangka pendek mengalami pertumbuhan yang lebih positif.

Menurut BI, pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat, sementara pertumbuhan ULN sektor swasta terus menurun. Pada akhir triwulan IV-2016, posisi ULN sektor publik mencapai US$158,3 miliar, sedangkan ULN sektor swasta tercatat US$158,7 miliar, yang berarti sektor swasta memegang posisi mayoritas dari total ULN. Peningkatan dalam ULN jangka panjang yang terjadi di tengah waktu, terutama dari sektor publik, mencerminkan bahwa perbaikan dalam kebijakan fiskal dan struktur keuangan yang terjadi di masa tersebut. Namun, pertumbuhan ULN sektor swasta menurun secara signifikan, menyebabkan penurunan yang lebih besar dari sebelumnya, yang menunjukkan perbedaan dalam keterlibatan pembiayaan ekonomi.

Berdasarkan pengamatan BI, posisi ULN berjangka panjang pada akhir triwulan IV-2016 mencapai US$274,9 miliar, atau 86,7 persen dari total ULN, dengan pertumbuhan 1,1 persen (yoy), yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2016 sebesar 8,7 persen (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan pasar keuangan pada jangka panjang terus mengalami perubahan, dengan peningkatan yang lebih lambat dibandingkan pada periode sebelumnya. Oleh karena itu, kepercayaan akan stabilitas terhadap keputusan terhadap kebijakan ekonomi pada masa depan dapat dipertahankan dalam konteks pertumbuhan ini. Sementara itu, ULN jangka pendek juga mengalami pertumbuhan 8,6 persen (yoy), yang meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2016 yang tumbuh 4,6 persen (yoy). Ini menunjukkan bahwa peningkatan ekonomi terjadi secara cepat dalam jangka pendek.

ULN jangka pendek tercatat US$42,1 miliar atau 13,3 persen dari total ULN, dengan rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa menurun dari 37,4 persen pada triwulan III-2016 menjadi 36,1 persen pada triwulan IV-2016. Penurunan ini terjadi karena meningkatnya keterampilan dalam menutupi kewajiban jangka pendek, terutama karena cadangan devisa yang terus memperoleh perbaikan. Rasio tersebut menandakan bahwa pemerintah memperoleh kepercayaan lebih tinggi terhadap kemampuan dalam menangani pembayaran utang jangka pendek. Menurut BI, posisi ULN berjangka panjang terus meningkat, mengacu pada keadaan pasar yang mengalami perubahan pada permintaan keuangan yang terjadi di masa ini. Ini mencerminkan bahwa keberlanjutan perekonomian terjadi dalam keseimbangan keuangan, serta mengalami perubahan yang terlihat secara eksplisit.

Sejumlah besar utang luar negeri berjalan di bawah sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, dan listrik, gas, dan air bersih, dengan pangsa ULN terhadap total ULN mencapai 76,6 persen. Ini menandakan bahwa sektor ekonomi terutama berkontribusi pada sektor tersebut dalam penggunaan utang luar negeri. Dalam konteks ini, pertumbuhan ULN pada sektor keuangan, industri pengolahan, dan pertambangan menurun dibandingkan dengan triwulan III-2016. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan dalam pembiayaan jangka panjang berubah, mengingat faktor risiko yang terhadap kepercayaan dan keterlibatan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ULN pada sektor listrik, gas & air bersih melambat, mengindikasikan bahwa perbaikan dalam penggunaan keuangan terjadi di dalam proses pengelolaan energi di masa ini. Ini menunjukkan bahwa perubahan terjadi dalam peran utama yang diambil oleh industri energi untuk mengelola kewajiban terhadap pinjaman eksternal.

Berdasarkan data BI, ULN Indonesia terjadi dengan kemajuan yang signifikan, terutama pada sektor publik. Namun, perubahan dalam ULN swasta mengalami penurunan secara signifikan, meskipun penurunan sebelumnya lebih terbatas. BI menilai bahwa penguatan ULN jangka panjang terutama di sektor publik adalah keberlanjutan dalam ekonomi yang terus meningkat. Namun, perubahan pada sektor swasta mengingatnya bahwa perubahan dalam kebijakan perbankan yang terus memperoleh perhatian dari BI. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan perbankan terus menghadapi tantangan baru, terutama dalam membangun kewajiban ekonomi. BI mengklaim bahwa ULN jangka panjang tidak terlalu berbahaya karena meningkatnya kepercayaan dari penggunaan keuangan eksternal. Namun, BI tetap memperhatikan perbaikan ULN swasta, karena ini menjadi fokus utama dalam membangun sistem ekonomi yang terus mengalami perubahan. BI menyarankan bahwa perlu ada perubahan dalam kebijakan perbankan dan ekonomi untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang mengancam stabilitas makroekonomi. Ke depan, BI akan terus memantau perkembangan ULN, terutama pada sektor swasta, untuk memastikan bahwa kebijakan ekonomi terus berkelanjutan dan tidak terkendala oleh perubahan dalam keterampilan ekonomi terhadap keuangan eksternal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *