Pada awal bulan Mei 2016, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan yang terbukti dalam waktu yang relatif singkat, mencerminkan tren bullish yang berpotensi muncul di masa depan. Namun, tren ini masih terbatas pada pergerakan harga yang tergantung pada kepastian kestabilan sentimen domestik dan eksternal yang memengaruhi pasar modal.
Analyst Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy, menyoroti bahwa tren bullish pada IHSG dalam tahun 2016 hanya akan tercapai jika tiga sentimen utama dari dalam negeri dapat terealisasi dan sesuai harapan pasar. Meskipun keadaan pasar secara keseluruhan memasuki fase stagnan, pergerakan harga masih tergantung pada ketiga faktor tersebut, yang menjadi perhatian utama pelaku pasar modal di masa ini.
Perhatian utama pertama mengarah pada revisi UU APBN 2016 yang diperkirakan akan memangkas sejumlah target belanja, yang merupakan alasan utama bagi keputusan pembiayaan pemerintah. Revisi anggaran tersebut disampaikan secara berkelanjutan oleh pemerintah dan dianggap penting bagi kondisi ekonomi masing-masing negara dalam negeri saat ini. Meskipun tidak secara langsung memperkirakan nilai tukar, perubahan anggaran terkait dapat mempengaruhi kebijakan pengurangan beban ekuitas di pasar ekonomi.
Sentimen kedua yang menjadi fokus utama adalah terkait dengan langkah-langkah pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mendukung pengundangan RUU Pengampunan Pajak. Namun, keputusan ini membutuhkan proses hukum yang lebih panjang dan membutuhkan kebijakan yang diimplementasikan secara langsung oleh masyarakat. Hal ini juga mendorong investor keberanian dalam kepercayaan akan kemampuan pemerintah dalam mengelola pajak yang lebih baik, serta meminimalisasi dampak dari sistem keuangan saat ini.
Ke-3, sentimen yang mendorong penguatan IHSG juga didukung oleh perhatian terhadap perhatian terhadap status layak investasi (investment grade) oleh Standard & Poor’s terhadap negara Indonesia. Keputusan ini akan menjadi penentu penting terhadap kinerja pasar di masa depan, terutama terkait dengan kepercayaan ekonomi di Indonesia. Hal ini merupakan indikator penting bagi penguatan kepercayaan terhadap keseimbangan pasar investasi Indonesia dalam jangka panjang.
Saat ini, pihak analis menilai bahwa peluang pengimplementasian kebijakan Pengampunan Pajak mulai terbuka. Keterbatasan dalam proses tersebut dapat dianggap menjadi salah satu faktor yang mengganggu investor untuk menjalankan kegiatan investasi, terutama saat ini. Periode Juni–August dianggap sebagai masa critical untuk munculnya pengaruh besar terhadap nilai tukar Rupiah. Jika keputusan tax amnesty diterima dalam periode ini, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan negara tidak akan mengalami kehilangan sekalipun terjadi.
Sebagai penutup, faktor eksternal juga menjadi salah satu pemicu pergerakan IHSG. Perubahan struktur kebijakan ekonomi di China dan Amerika Serikat, terutama dalam wacana Federal Reserve mengenai peningkatan suku bunga, juga memberikan dampak positif terhadap kestabilan nilai tukar Rupiah. Ini akan memengaruhi arus modal di Indonesia dan memberikan implikasi terhadap kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah di masa depan. Dalam kondisi ini, langkah-langkah penting untuk mendapatkan kepastian terhadap kebijakan keuangan yang terintegrasi di tengah perubahan ekonomi global dan masyarakat Indonesia yang lebih berorientasi pada kepercayaan.
