Suku Bunga Kredit Tertinggal Pemulihan Bank Indonesia (BI) melalui penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate dari sebelumnya 4,75% menjadi 1,5% pada akhir Oktober 2016, mencatat transmisi kebijakan moneternya yang sedang berlangsung dalam periode Januari hingga Oktober 2016. Dalam transmisi ini, suku bunga tersebut digunakan sebagai dasar pengaruh dalam menggerakkan kebijakan moneter di tingkat perbankan. Namun, meski suku bunga acuan turun, transmisi tersebut belum menunjukkan dampak yang signifikan terhadap permintaan kredit dan deposito perbankan.
Menurut Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, transmisi kebijakan moneter secara umum masih berlangsung. Meski suku bunga acuan telah turun 1,5%, respon perbankan terhadap penurunan tersebut masih terbatas, terutama dalam suku bunga kredit dan deposito. Dalam bulan Oktober 2016, suku bunga kredit perbankan turun 67 bps (0,67%) dan suku bunga deposito turun 131 bps (1,31%). Sejak Oktober 2016, suku bunga kredit memperoleh penurunan hingga 129 bps, dan pada November berlanjut penurunan lebih lanjut ke 131 bps. Sementara suku bunga deposito terus bergerak turun dari 150 bps menjadi 1,31%. Pada masa itu, sejumlah data suku bunga kredit mencatat penurunan sebesar 0,67% di awal November, yang terjadi meski belum mencapai kewenangan pengurangan suku bunga secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, ketidaksesuaian antara kebijakan moneter dan dampaknya pada perbankan menunjukkan bahwa transmisi yang dilakukan masih belum efektif. Menurut Juda Agung, meski suku bunga acuan telah turun, pertumbuhan kredit perbankan masih relatif terbatas, yang mencerminkan kelemahan permintaan kredit terhadap ekonomi nasional. Permintaan kredit masih lemah terutama dalam investasi dan korporasi, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih terbatas. Hal ini sejalan dengan permintaan pasar yang tidak cukup tinggi dan terjadi dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Satu faktor utama dalam transmisi kebijakan moneter adalah kemampuan perbankan dalam mengambil keputusan berdasarkan suku bunga acuan. Meski BI telah menurunkan suku bunga acuan dan melonggarkan GWM Primer, perbankan masih terus mempertimbangkan peluang terhadap kinerja kredit secara luas. Dalam perhitungan, perbankan membutuhkan peralatan dan modal keuangan yang dapat mendukung peningkatan kredit. Terlebih, penurunan suku bunga kredit dan deposito tidak terlalu signifikan dalam jangka panjang dan tergantung pada perkembangan ekonomi yang berkelanjutan. Meski begitu, BI meyakini bahwa perbaikan tersebut akan terus berlangsung seiring pertumbuhan ekonomi. Selain itu, nantinya terus dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan keuangan untuk menjamin perbaikan performa perbankan.
Baca Juga:
Dalam penjelasan yang terakhir, Juda Agung menginformasikan bahwa kinerja kebijakan moneter masih terus berlangsung dalam kategori pertumbuhan kredit perbankan yang masih terbatas. Sementara itu, terdapat pertimbangan bahwa NPL (kredit bermasalah) mengalami perbaikan, yang menunjukkan bahwa ruang penurunan suku bunga kredit masih berlangsung. BI berharap bahwa transmisi kebijakan moneter yang dilakukan selama periode tersebut akan terus berlanjut dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, transmisi suku bunga yang dilakukan telah menjadi salah satu strategi utama BI dalam mengendalikan inflasi dan ekonomi. Kinerja tersebut dapat dikembangkan terus berlangsung dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan kinerja perbankan secara menyeluruh dalam jangka panjang.
Kendati begitu, peningkatan suku bunga kredit dan deposito terus melanggar, hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian terhadap kebijakan moneter perlu dilakukan secara berkelanjutan. Penurunan suku bunga kredit dan deposito masih terjadi dengan cara yang tergantung pada kondisi ekonomi dan perbankan nasional. Transmisi kebijakan moneter masih tergantung pada kekuatan ekonomi, terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi. Sebagai langkah berikutnya, BI akan terus memperhatikan performa perbankan dan terus memantau perkembangan ekonomi serta transmisi suku bunga secara aktif. Langkah-langkah berikutnya akan dilakukan oleh BI secara terus-menerus untuk mengoptimalkan kinerja pemanfaatan kebijakan moneter secara lebih baik, terutama dalam penurunan suku bunga dan peningkatan pertumbuhan kredit perbankan. Penambahan kebijakan akan dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja perbankan dan kondisi ekonomi secara menyeluruh.











