Blog Web & Deep Insights

Rabobank: Transformasi Menuju Perkembangan Berkelanjutan

Rabobank Transformasi Menuju Perkembangan Berkelanjutan PT Rabobank telah mengalami perubahan strategi bisnis yang signifikan pada tahun lalu, memperkuat fokus bisnis di sektor food and agriculture. Transformasi ini ditandai dengan penurunan cabang-cabang non-agri dan peningkatan perhatian terhadap sektor yang memiliki potensi besar di daerah-daerah tertentu. Dalam penjelasan Heradian Yoto, Direktur Liabilities Rabobank, perubahan ini terjadi karena kekuatan induk perusahaan yang mendorong investasi lebih mendalam pada bidang pertanian dan pertahanan pangan.

Tahun lalu, Rabobank merasakan perubahan yang berdampak besar, dengan laba bersih mengalami kenaikan dari Rp355,99 miliar menjadi Rp171,60 miliar hingga akhir Juni 2016. Perubahan ini tercermin dalam pengembangan bisnis yang lebih fokus pada industri agri dan food, terutama melalui pergeseran portofolio kredit dari sektor konsumen umum ke sektor pertanian. Secara spesifik, Rabobank menggantungkan lebih dari setengah portofolio dari perusahaan-berbasis-keranjang yang sebelumnya mengalami kegiatan pelayanan kredit terhadap koperasi dan perusahaan yang tidak fokus pada sektor pertanian dan pertahanan pangan.

Sektor yang menjadi fokus Rabobank meliputi gandum, kopi, coklat, peternakan, perikanan, dan lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat keterlibatan dengan pasar lokal yang memiliki potensi besar di berbagai daerah, termasuk Jawa, Sumatra, Palembang, Lampung, Pekanbaru, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Keterlibatan tersebut dilakukan melalui kolaborasi dengan 29 koperasi, dengan perencanaan pendampingan yang mendalam untuk mendukung produksi. Kegiatan ini juga dilaksanakan melalui Rabobank Foundation, yang berfungsi sebagai sarana untuk memberikan perbaikan dan pelatihan kinerja terhadap kelompok masyarakat kecil yang terkait dengan pertanian dan perikanan.

Kegiatan pendampingan ini terbagi menjadi dua tahapan: pertama, pengujian kelayakan produk (bankability), yang diterima oleh pelaku usaha yang tidak langsung menjadi kredit pihak ketiga. Setelah produksi meningkat dan terbukti, maka proses pengiriman kredit bisa dilanjutkan. Dalam proses ini, perusahaan akan menyelesaikan semua persyaratan keuangan dan kinerja terkait kelayakan. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk proses bankability oleh koperasi mengacu pada 3-5 tahun.

Dalam program yang dilaksanakan, Rabobank menyediakan pendampingan yang berfokus pada peningkatan keberlanjutan produk secara keseluruhan. Penanganan risiko seperti kehilangan hasil panen atau gangguan produksi terutama disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak dapat diprediksi. Dalam hal ini, tim riset Rabobank terus mendorong pemantauan potensi keberlanjutan produk dan memperoleh data terhadap tren pasar, dengan hasil riset tersebut berbagi dengan pelaku usaha yang terkait dengan sektor pertanian. Selain itu, perusahaan juga mengembangkan program-program terkait pendampingan melalui Rabobank Foundation yang memfasilitasi pembinaan keterampilan kepada para pelaku usaha di bidang pertanian dan peternakan.

Sebagai penutup, Rabobank saat ini tidak memiliki target angka tertentu secara eksplisit dalam hal laba bersih, tetapi fokus utama adalah menjadi bank yang terdepan di bidang pertanian, pertanian, dan pangan. Ini menjadi tujuan utama dalam mengembangkan keterlibatan mereka dalam sektor tersebut, terutama melalui pengembangan koperasi yang terus-menerus meningkat. Tidak terbatas pada wilayah atau jenis industri, Rabobank terus menilai keberlanjutan dan keuntungan dari setiap koperasi yang bermitra dengan bank tersebut. Pada masa depan, perusahaan juga berencana mengkaji kerjasama dengan asuransi pertanian untuk mitigasi risiko kehilangan hasil panen dan mengurangi kehilangan produktivitas.

Implikasi dari perubahan ini meliputi peningkatan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap keberlanjutan dan keberlangsungan perekonomian lokal di sektor pertanian dan pangan, sekaligus memberikan pelayanan kredit yang lebih terintegrasi dengan kondisi pasar lokal. Langkah berikutnya melibatkan pengembangan strategi yang berkelanjutan, penggunaan teknologi informasi dalam pengawasan, dan memperbesar peran pengusaha lokal dalam mengembangkan jaringan pertanian secara lebih efektif dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *