Blog Web & Deep Insights

Pemantauan FED dan Stabilitas Makro: BI Fokus pada Persepsi Sosial dan Ekspektasi Terkait Kenaikan Bunga

Pemantauan Fed Dan Stabilitas Makro Seiring kenaikan suku bunganya di atas 0,5% ke 0,75%, Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) mengungkapkan langkah yang diambil sebagai bagian dari kembali menghadapi kondisi ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya. Kenaikan ini merupakan bagian dari rencana yang melalui penerapan kebijakan moneter yang lebih ekstensif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan, terutama dengan memperkuat pertumbuhan di tahun 2018.

Perhatian terhadap hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan bahwa ekonomi AS terlihat membaik dari angka 2,1% pada awal tahun 2017 menjadi estimasi 2% pada tahun 2018. Namun, ini tetap terjaga dengan ketidakpastian, yang menggambarkan bahwa kebijakan fiskal mungkin memungkinkan perluasan yang lebih ekspansif, yang dalam hal ini berpotensi menimbulkan inflasi dan membutuhkan kebijakan moneter yang lebih bergerak.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, mengatakan bahwa kebijakan moneter saat ini tetap pada posisi memperoleh keadaan yang seimbang antara stabilitas makro ekonomi dan upaya pemulihan ekonomi. Keputusan untuk meningkatkan kebijakan yang melibatkan 7-day Repo Rate dan GWM sejumlah 150 bps menggambarkan upaya dalam mengantisipasi risiko inflasi yang terus muncul, terutama di tengah ketidakpastian politik ekonomi yang terus muncul dari perubahan dalam strategi kebijakan moneter.

Ekonomi Indonesia secara khusus juga memperoleh perkembangan yang positif, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 diperkirakan mencapai 5,0% (yoy) berdasarkan angka 4,8% pada tahun 2015. Pemulihan ini diproyeksikan didukung oleh konsumsi dan investasi, terutama dari sektor bangunan yang menunjukkan pertumbuhan cukup kuat. Meski begitu, perubahan kebijakan moneter tersebut masih menjadi tantangan besar menghadapi pergerakan makro ekonomi yang masih terjaga oleh keputusan kebijakan sentral dalam menghadapi risiko inflasi dan ketidakpastian politik ekonomi yang muncul.

Karena ketidakpastian dalam pengembangan ekonomi dan dampak dari penerapan kebijakan moneter, kebijakan bank sentral menekankan bahwa kebijakan yang telah diambil dari sisi kebijakan moneter, fiskal, dan struktural perlu dilengkapi dengan perkuatan. Penjelasan dari Juda Agung mengarahkan bahwa pengurangan 150 bps dari 7-day Repo Rate dan GWM menggambarkan langkah-langkah yang terus dipercepat oleh Bank Sentral untuk membentuk pertumbuhan ekonomi dan mendukung stabilisasi ekonomi. Tindakan ini mengarahkan bahwa upaya terus berkelanjutan dalam memperkuat sistem ekonomi yang terus dijalani untuk membantu memperkuat pergerakan ekonomi di masa depan, yang tergantung pada kebijakan yang sudah diambil dan diterapkan secara tepat.

Implikasi dari langkah ini tergantung pada kondisi makro ekonomi AS yang terus dijaga. Keputusan tersebut juga mengarahkan bahwa kebijakan moneter akan terus dipertahankan untuk mendukung ekonomi di masa depan, menghadapi risiko inflasi dan ketidakpastian politik ekonomi yang muncul. Namun, penjelasan terus dijaga bahwa semua keputusan dan kebijakan yang terjadi di sisi ekonomi, moneter, serta fiskal harus mengarahkan ke arah mendukung stabilitas ekonomi dengan kebijakan yang terus diperbaiki oleh BI dengan perubahan yang terus muncul di tingkat makro ekonomi dan kebijakan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *