Sejak awal tahun 2016, kelompok Bank Perkreditan Daerah (BPD) terus berusaha meningkatkan kinerjanya sebagai salah satu lembaga kredit publik yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Namun, dalam triwulan I-2016, kinerja BPD masih menunjukkan perkembangan positif, meskipun dengan perbedaan yang signifikan terkait kontribusi terhadap perekonomian daerah.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nelson Tampubolon, menilai bahwa kinerja BPD berdasarkan data hingga akhir Maret 2016 mencerminkan pertumbuhan cukup baik secara keseluruhan. Total aset BPD mencapai Rp531,30 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 6,48% (yoy), yang menunjukkan adanya perbaikan pada posisi kinerja institusi. Namun, penguatan ini tidak terjadi secara merata di seluruh wilayah daerah, terutama dalam aspek penggunaan kredit produktif yang masih berada di level sekitar 30% dari total kredit yang diberikan. Penyebab dari ketidaksesuaian ini dijelaskan oleh pengamat ekonomi bahwa BPD masih mengalami batasan dalam mendorong alokasi dana ke alokasi yang lebih produktif, mengindikasikan masih perlu pembangunan kepercayaan, keterbukaan, dan inovasi dalam proses kerjanya.
Penyaluran kredit BPD pada triwulan I-2016 mencatat pertumbuhan sebesar 8,12% (yoy), dengan total nilai kredit mencapai Rp328,19 triliun. Meski angka ini tampak menyejari, rata-rata jumlah pendapatan dari BPD masih menghadapi permasalahan terkait perolehan modal yang lebih rendah. Dalam hal ini, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan sebesar 5,27%, yang menunjukkan bahwa sektor pendanaan lembaga non-ekonomi juga berkontribusi dalam perbaikan. Namun, rasio NPL secara gross pada Maret 2016 relatif stabil dengan 3,89%, sebanding dengan angka sebelumnya 3,83%. Ketika dibandingkan dengan pertumbuhan lain dari BPD, rasio ini mencerminkan keterbukaan lebih besar dalam menghadapi risiko keuangan, sehingga dapat dianggap sebagai indikator bahwa keberlanjutan dan daya tahan terhadap keterikatan perbankan masih menjadi fokus.
Sejumlah data terkait kinerja BPD yang dianalisis secara resmi oleh OJK menunjukkan bahwa laba BPD tumbuh positif sebesar 7,91% (yoy), sesuai tujuan dari pengembangan manajemen keuangan. Ketahanan dan keberlanjutan pada perbankan daerah masih menjadi fokus dari pengawasan OJK, yang dalam keterangan ini menyampaikan perhatian terhadap kemajuan yang dibangun dalam program Transformasi BPD. Program ini merupakan inisiatif strategis yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing, ketahanan, dan potensi kontribusi BPD dalam pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan. Dalam program ini, BPD diharapkan menjadi bank yang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi daerah dengan pengelolaan dana yang lebih terstruktur dan terjamin, serta mampu membangun sistem ekonomi yang berkelanjutan.
OJK juga mengembangkan kerjasama dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) dan Kementerian Dalam Negeri untuk mendukung implementasi Program Transformasi BPD. Seminar “Transforming BPDs to Enhance Regional Economic Development” yang diselenggarakan di Jakarta pada 23 Mei 2016 bertujuan untuk memberikan dukungan dalam mengembangkan program tersebut. Seminar ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pemilik saham, perwakilan BPD, serta perwakilan stakeholders lainnya, agar dapat menerapkan langkah-langkah nyata yang membuka potensi penguatan BPD. Acara ini juga merupakan tahap penting dalam proses penguatan program transformasi BPD dan memastikan perannya dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
Program Transformasi BPD didesain sebagai program strategis yang dilaksanakan berdasarkan tiga tahapan utama: (i) Fase Pembangunan Fondasi (Foundation Building), (ii) Fase Percepatan Pertumbuhan (Growth Acceleration), dan (iii) Fase Pemimpin Pasar (Market Leadership). Masing-masing tahapan ini dirancang untuk membentuk sistem yang lebih kewenangan, efisien, dan memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi daerah. OJK berharap program ini dapat diterima, diterapkan, dan dikelola secara berkelanjutan. Selain itu, implementasi program tersebut dikembangkan dengan bantuan dari lembaga internasional seperti Sparkassenstiftung fur International Kooperation (Savings Banks Foundation for International Cooperation), World Bank, serta lembaga seperti ADB, GIZ, dan SECO. Dengan dukungan dari pihak internasional, program ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah keterbatasan keuangan, inovasi, dan keterbukaan yang diperlukan oleh BPD di masa depan.
Implikasi dari program Transformasi BPD dan keberlangsungan pelaksanaan dalam jangka panjang tidak hanya memperluaskan peran BPD sebagai agen pembangunan, tetapi juga menghasilkan dampak besar terhadap ekonomi daerah secara umum. Dalam jangka panjang, pelaksanaan program akan menjadi salah satu faktor utama dalam mendukung keterbukaan sistem perbankan daerah dan mendukung penyelesaian masalah ketahanan ekonomi daerah. Untuk memastikan program yang lebih sukses dan berkelanjutan, setiap langkah dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara teratur dan terbuka. Pemerintah, BPD, serta stakeholder lainnya harus terus mengembangkan komitmen, mengelola sumber daya, serta menyelesaikan masalah terkait dengan pelaksanaan program secara jelas.











