Blog Web & Deep Insights

Masuk Ramadhan, Jakarta Meladeni Kenaikan Inflasi

Masuk Ramadhan Jakarta Meladeni Kenaikan Sejak memasuki bulan Ramadhan, inflasi di DKI Jakarta terus meningkat secara bulanan, mencatatkan kenaikan 0,52% (mtm), yang meningkat dari rata-rata inflasi sebelumnya sebesar 0,48% (mtm) pada lima tahun terakhir. Pertumbuhan harga ini terjadi karena permintaan masyarakat naik di tengah aktivitas konsumsi selama bulan puasa dan persiapan Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan tersebut diikuti oleh kejadian musiman yang berdampak terhadap bahan makanan, transportasi, dan jasa keuangan. Namun, inflasi ini tetap terkendali karena kebijakan yang terus dilakukan oleh pemerintah dan badan usaha milik daerah (BUMD) di bidang pangan, serta operasi pasar yang terkoordinasi.

Pertumbuhan inflasi akibat aktivitas konsumsi yang meningkat pada masa perayaan Ramadhan menggambarkan keadaan ekonomi yang cenderung memprihatinkan. Dalam kondisi ini, kenaikan permintaan terhadap barang-barang seperti makanan, bahan pangan, dan sandang, terutama berasal dari komoditas yang berkaitan dengan musiman seperti jeruk, kentang, dan daging ayam ras. Kenaikan harga ini didukung oleh tingginya permintaan maupun perbedaan pasokan. Terdapat sejumlah peningkatan harga, termasuk daging ayam ras yang mengalami kenaikan 2,48% (mtm) karena penurunan pasokan dari pemusnahan parentstock broiler yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Kenaikan harga daging ayam juga disebabkan oleh subtitusi pangan dari daging sapi ke daging ayam, sebab keberadaan harga daging sapi masih tinggi.

Karena ini, kenaikan harga di kelompok volatile food juga terjadi secara signifikan, hingga mencapai 1,32% (mtm) yang jauh lebih terkendali dibandingkan dengan inflasi bulanan sebelumnya sebelumnya di lima tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 1,58% (mtm). Namun, seiring dengan tingginya permintaan, terutama di pasar bumbu, terdapat deflasi yang signifikan, terutama terkait subkelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan bawang merah. Kenaikan harga pada cabai merah mencapai 4,52% (mtm) sedangkan bawang merah mengalami deflasi 9,85% (mtm), karena pasokan yang lebih memadai mempercepat penurunan harga. Hal ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang mengambil langkah mengatur harga bumbu secara lebih tepat. Terdapat penambahan nilai bagi harga makanan dengan perubahan harga dari berbagai bahan baku seperti telur, margarin, kelapa, dan santan, yang berdampak terhadap pengeluaran masyarakat.

Pergerakan harga di beberapa kelompok seperti jasa transportasi dan komunikasi juga mengalami kenaikan yang signifikan. Angkutan udara dan antarkota mengalami inflasi masing-masing sebesar 9,98% (mtm) dan 3,94% (mtm), masing-masing menunjukkan pergerakan harga yang cukup tinggi dalam periode menjelang hari raya. Kenaikan harga ini disebabkan oleh tingginya permintaan di masa libur sekolah dan perayaan Ramadhan. Hal ini juga dikenang dengan peningkatan permintaan terhadap jasa transportasi, yang menjadi salah satu penyebab utama kenaikan inflasi administered prices. Selain itu, peningkatan harga tarif tenaga listrik (TTL) pada 12 kelompok nonsubsidi, menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 0,72% (mtm). Ini merupakan pengaruh langsung dari pengaturan harga listrik yang ditetapkan oleh pemerintah setempat, dan diperlukan koordinasi antara Bank Indonesia dan pemerintah provinsi untuk mengatasi tekanan inflasi yang terjadi secara musiman.

Sejak pengalaman musiman yang terjadi, inflasi di DKI Jakarta terus mengalami peningkatan yang menunjukkan tingginya tekanan pada masyarakat saat periode perayaan Hari Raya Idul Fitri. Namun, pengaruh kebijakan pemerintah dalam pengendalian inflasi masih diarahkan pada pengawasan terhadap pasokan dan harga masyarakat. Kenaikan harga terhadap bahan pangan, serta perubahan pasokan, diterjemahkan dalam kenaikan harga pada beberapa komoditas. Peningkatan ini dikenang oleh kebijakan pemerintah melalui TPID provinsi DKI Jakarta yang memadai dalam mengatur pasar. Tidak hanya terkait dengan BUMD, tetapi juga di dalam kelompok instansi pemerintah yang terlibat, seperti SKPD Provinsi DKI Jakarta, serta instansi swasta. Langkah-langkah ini memperkuat ketahanan pasar dan mengurangi risiko kerugian ekonomi.

Perhatian khusus juga diberikan terhadap inflasi dalam kondisi kenaikan harga yang terjadi pada periode musiman. Ini mengarahkan kebijakan pemerintah untuk mengantisipasi inflasi yang meningkat di masa panjang. Kenaikan harga terutama terjadi di atas sektor sandang dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Kenaikan harga ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi terhadap produk-produk kue-kue seperti biskuit dan kue kering, serta kenaikan harga bahan baku seperti telur, margarin, kelapa, dan santan. Ini terjadi seiring permintaan masyarakat meningkat, dan permintaan masyarakat diikuti oleh pengaruh permintaan terhadap produk-produk pangan. Ini juga terjadi di wilayah pemerintah dan pemerintah pusat, serta terhadap kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah. Selain itu, tahun ajaran baru untuk anak sekolah dijadikan faktor tambahan yang dapat mengganggu pengeluaran masyarakat, serta memicu peningkatan inflasi secara umum.

Untuk memastikan inflasi tetap terkendali, pemerintah dan pihak terkait terus mengambil langkah-langkah untuk melancarkan pengendalian inflasi secara efisien dan stabil. Hal ini termasuk koordinasi yang kuat dalam pengaturan pasokan pangan, operasi pasar, serta program pemenuhan kebutuhan. Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan pemerintah provinsi juga merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa inflasi tetap terkendali. Dalam rangka memperkuat pengendalian inflasi, diperlukan komitmen terhadap implementasi Roadmap Program Pengendalian Inflasi yang telah disusun oleh TPID. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *