Laba Jasa Keuangan Grup Astra Grup pembiayaan Astra International (Astra) mengalami penurunan laba bersih sebesar 40% pada semester pertama tahun 2016, dengan jumlah total laba bersih mencapai Rp1,3 triliun. Meskipun dua anak usahanya, PT Federal International Finance (FIF) dan PT Toyota Astra Financial Services (TAFS), berhasil menunjukkan kenaikan laba, kondisi ini disebabkan oleh penurunan kontribusi dari sektor bisnis jasa keuangan lainnya yang mengalami penurunan. Salah satu penyebab utama adalah kenaikan kerugian dari Permata Bank, yang mencatat kerugian bersih sebesar Rp836 miliar dalam periode yang sama, yang merupakan peningkatan dari 2,7% pada tahun lalu. Namun, meski terjadi penurunan, pembiayaan konsumen dan otomotif tetap menunjukkan keunggulan, seperti meningkatnya pengalaman kredit dan pelanggan.
Pertumbuhan pembiayaan konsumen mencatatkan peningkatan total sebesar 13% menjadi Rp35,7 triliun dengan penyaluran melalui joint bank financing without recourse. Pembiayaan roda dua, yang merupakan fokus PT FIF, mengalami kenaikan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp811 miliar, disebabkan oleh kenaikan pangsa pasar dan diversifikasi produk. Hal ini membukukan peningkatan laba yang terjadi melalui pembiayaan otomotif, yang diperlihatkan oleh PT TAFS dengan kenaikan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp155 miliar.
Kedua anak usaha Astra lainnya, PT Astra Sedaya Finance (ASF) dan PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF), memiliki tren laba yang berbeda. ASF mencatat penurunan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp430 miliar, karena penurunan volume dari pembiayaan roda empat. Di sisi lain, SANF yang menyasar pembiayaan alat berat turun 11% menjadi Rp1,9 triliun. Pengalaman ini dipengaruhi oleh penurunan volume bisnis kontraktor dan pertambangan, serta peningkatan kredit bermasalah. Sementara itu, perusahaan asuransi PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) mencatat penurunan laba bersih sebesar 17% menjadi Rp407 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan keuntungan dari investasi, meskipun Astra Aviva Life berhasil menambahkan lebih dari 50 ribu nasabah asuransi jiwa perorangan.
Secara keseluruhan, Astra International mengungkapkan bahwa tantangan dalam semester pertama ini berasal dari pelemahan harga komoditas dan permintaan alat berat, penurunan volume bisnis kontraktor dan pertambangan, serta peningkatan kredit bermasalah. Ini disebabkan oleh perubahan dalam ekonomi global yang menimbulkan keterbatasan dalam penyelesaian kredit. Meskipun demikian, perusahaan tetap berharap kinerja bisnis pembiayaan konsumen dan otomotif masih solid.
Di sisi lain, Astra International memperhatikan bahwa pembiayaan alat berat mengalami penurunan. Dalam kondisi tersebut, perusahaan memiliki kehadiran pasar yang lebih sedikit terutama di industri kecil dan menengah. Sementara itu, Permata Bank mencatat kerugian yang disebabkan oleh peningkatan dalam kredit bermasalah, yang menyebabkan perubahan tingkat tinggi dari provisi kerugian atas pinjaman. Perubahan ini dibuktikan melalui peningkatan dari 2,7% pada tahun lalu menjadi 4,6%. Perusahaan ini memperoleh dana senilai Rp5,5 triliun melalui penyelesaian right issue pada Juni 2016.
Pertumbuhan pembiayaan konsumen dan otomotif mencatatkan peluang baru dengan perbaikan dalam pengelolaan pinjaman. Selain itu, Astra Aviva Life berhasil menambahkan lebih dari 100 ribu nasabah asuransi jiwa untuk program kesejahteraan karyawan dari tahun lalu, dan menunjukkan perbaikan dalam peningkatan jumlah nasabah berdasarkan perubahan dari tahun lalu. Ini merupakan salah satu indikator dari peningkatan dalam bisnis pembiayaan konsumen dan keamanan.
Dalam keterangan tertulis, Presiden Direktur PT Astra Internasional, Tbk Prijono Sugiarto menyampaikan bahwa tantangan pada semester pertama ini berasal dari beberapa faktor eksternal seperti perubahan harga komoditas, penurunan volume bisnis kontraktor, dan peningkatan kredit bermasalah. Sebagai bagian dari keputusan yang telah diambil, perusahaan menyampaikan bahwa keberlanjutan dalam keuangan terus diwajibkan untuk diperbaiki.
Implikasi dari penurunan laba bersih tersebut dapat memengaruhi struktur keuangan Astra serta pengelolaan anggaran dalam jangka panjang. Perusahaan mengambil langkah strategis untuk memperkuat posisi pasar dan memperbaiki efisiensi dalam operasi. Dari sisi lain, keberlangsungan bisnis di luar keuangan juga menjadi salah satu prioritas yang harus diterima.
