Kenaikan Dana Keluar Perlu Diperhatikan Seiring berlangsungnya perdagangan aktif selama tiga hari terakhir, dana asing yang keluar dari bursa saham mencapai Rp5 triliun, mencerminkan adanya peningkatan risiko di pasar keuangan global. Angka ini merupakan indikasi mendorong investor mengevaluasi kondisi pasar lebih cermat dan memperhatikan dampak dari kebijakan ekonomi yang berdampak terhadap negara-negara berkembang, terutama Indonesia.
Kondisi ini dipicu oleh fenomena yang dikenal sebagai “Trump effect,” yaitu pergerakan dana asing yang pulang ke Amerika Serikat dalam kaitan dengan perubahan politik dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh Presiden Donald Trump. Proses ini disebabkan oleh kebijakan proteksionis yang dipilih oleh Trump, yang menyoroti perubahan terhadap kerja sama perdagangan ekspor. Keprihatinan tersebut mengarah pada kerugian bagi ekonomi negara-negara berkembang, terutama negara yang memiliki posisi besar dalam ekspor ke luar negeri.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menilai bahwa kebijakan proteksionis Trump menjadi salah satu ancaman terbesar terhadap perekonomian global saat ini. Menurut Bima, kebijakan tersebut berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi negara berkembang secara spesifik, terutama bagi negara yang memiliki porsi ekspor besar terhadap negara-negara besar seperti Amerika, China, dan Jepang. Pengaruh dari kebijakan tersebut dapat merusak kepercayaan pasar yang berjalan berdasarkan kebebasan perdagangan.
Dalam situasi yang sangat menantang ini, investor di Indonesia mulai mengatur strategi baru yang memperhatikan faktor risiko yang muncul. Dalam konteks ini, istilah “wait and see” menjadi tidak tepat jika dibandingkan dengan pengambilan strategi baru yang lebih efektif. Perubahan tersebut disebabkan oleh peningkatan ketidakpastian terhadap kebijakan ekonomi yang dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia di masa depan. Ini merupakan krisis keputusan besar yang harus dihadapi oleh masyarakat investasi, terutama dalam konteks ekonomi global yang terus menghadapi tantangan baru.
Sebelumnya, terdapat data yang menunjukkan perubahan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang terus berkurang dari 5,18% menjadi 5,02% di triwulan III-2016. Penurunan tersebut ditandai oleh rendahnya pertumbuhan ekonomi, dan mengindikasikan dampak dari kebijakan yang diambil secara luas. Dalam kondisi seperti ini, peran investasi menjadi strategi utama dalam pengelolaan risiko. Hal ini juga membuka ruang untuk pembentukan strategi ekonomi yang lebih adaptif dan terkait dengan kebijakan global yang dinamis.
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dihadapi oleh peringatan nyata yang tidak bisa dihindari. Negara terus menghadapi tekanan dari kebijakan proteksionis yang mungkin berdampak pada investasi lintas negara. Dalam konteks ini, Indonesia harus memperhatikan pengaruh dari fluktuasi harga komoditas mentah, yang sebagian besar menjadi alat utama ekspor. Sementara itu, pengaruh dari kerja sama perdagangan ekspor terhadap negara-negara besar seperti Amerika, China, dan Jepang menjadi faktor yang penting dalam mengamati dampak perubahan. Karena itu, langkah berikutnya adalah perbaikan dalam pengendalian investasi dan pengurangan risiko dalam pengambilan keputusan ekonomi global yang dinamis.
