Blog Web & Deep Insights

Inflasi DKI Meningkatkan pada Agustus 2024 Tetap Dalam Rentang Terbatas

Inflasi Dki Meningkatkan Pada Agustus Sejak bulan Agustus 2016, tekanan inflasi di Jakarta terus berada dalam rentang yang rendah, dengan rata-rata inflasi melekat pada 0,01% (mtm), yang merupakan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,64% (mtm) dan menurut data historis tercatat sebagai nilai tertinggi dari lima tahun terakhir sebesar 0,35% (mtm) — meskipun sejak awal tahun 2016 inflasi sempat mencapai 1,42% (ytd), yang lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi lima tahun sebelumnya sebesar 3,85% (ytd).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono menjelaskan bahwa penyebab penurunan inflasi pada bulan Agustus terutama terkait dengan koreksi harga pada komoditas transportasi dan pangan, mengingat berakhirnya aktivitas mudik dan liburan serta ketahanan pasokan pangan yang terjaga. Menurut penjelasannya, perubahan harga pada komoditas yang termasuk dalam kelompok harga yang dikendalikan secara terbatas, seperti angkutan antarkota dan udara, mengalami deflasi. Angkutan antarkota mencatat deflasi 11,84% (mtm), sedangkan angkutan udara mengalami penurunan 6,31% (mtm).

Perubahan ini dianggap sebagai hasil dari pengendalian harga komoditas dalam kategori transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, yang membawa deflasi sebesar 1,21% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan rata-rata deflasi bulan pasca-Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,47% (mtm). Selain itu, dalam kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food), turut mengalami penurunan harga karena turunnya harga daging ayam ras dan daging sapi, yang masing-masing mencatat deflasi sebesar 4,55% (mtm) dan 0,81% (mtm). Keberlanjutan pasokan dan ketahanan pasokan pangan menjadi faktor penting dalam menjaga kinerja pasar, terutama selama periode Idul Fitri yang selesai.

Dari sisi harga bumbu-bumbuan, penurunan harga didapat dari aktivitas perdagangan yang kembali normal setelah Idul Fitri. Harga bawang merah dan bawang putih tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 5,61% (mtm) dan 2,49% (mtm). Di sisi lain, harga beras tercatat stabil dalam beberapa bulan terakhir, karena pemenuhan pasokan antarwaktu dari sistem inventaris panen atau inventory system yang berjalan secara baik, yang mampu merespons permintaan pasar yang muncul.

Perhatian terhadap pengaruh perubahan harga pada periode berikutnya juga perlu dikembangkan secara terus-menerus, karena faktor lain seperti La-Nina yang mengacu pada hujan berkepanjangan dapat memengaruhi pasokan pangan ke ibukota. Hal ini perlu diwaspadai terutama pada tahun ajaran baru sekolah yang mendorong peningkatan kompetensi pendidikan, yang dalam kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm), yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun sebelumnya sebesar 0,85% (mtm). Namun, kenaikan tersebut dapat ditekan oleh penurunan harga pada komoditas sandang yang juga mengalami deflasi 0,89% (mtm), yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 1,54% (mtm).

Penjelasan atas perkembangan harga di masa-masa yang akan datang, terutama pada bulan September 2016 dan periode Idul Adha yang jatuh pada 12 September, menilai tidak akan menghasilkan tekanan yang berarti pada laju inflasi. Namun, upaya penguatan koordinasi BI, pemerintah provinsi DKI, dan BUMD di bidang pangan melalui TPID (Transaksi Pangan dan Industri Distribusi) harus terus dilakukan. Program-program ini seharusnya saling menyatu dan terwujud secara baik, dengan fokus pada ketahanan pangan dan kelancaran distribusi pangan. Keterkaitan ini penting untuk menjaga kestabilan inflasi di Jakarta dalam jangka panjang, dengan tujuan memperkuat kebijakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *