Blog Web & Deep Insights

Industri Asuransi Kini Menghadapi Kebutuhan Tumbuh, Siapa yang Mampu Menyikapi?

Seiring kenaikan pertumbuhan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, industri asuransi masih menghadapi tantangan besar dalam menyelesaikan pertumbuhan yang diperlukan. Meskipun perubahan dalam kondisi ekonomi memengaruhi pasar, industri asuransi umum dan jiwa mengalami tekanan yang cukup signifikan karena ketidaksetaraan pertumbuhan premi dengan pertumbuhan industri secara keseluruhan. Tidak hanya jumlah perusahaan yang mengalami penurunan pangsa pasar, tetapi juga intensitas tekanan finansial yang muncul dari berbagai aspek usaha.

Menurut data Biro Riset Infobank (birI), terdapat 38 perusahaan asuransi umum yang mengalami penurunan pangsa pasar karena pertumbuhan premi yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan industri yang mencapai 9,05%. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini masih terkena dampak dari keterbatasan pertumbuhan pendapatan premi dalam rangka pengendalian biaya operasional dan komisi yang menggantung pada penggunaan berbagai mitra bisnis. Meskipun industri asuransi jiwa mengalami kenaikan yang lebih tinggi, perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan pangsa pasar jumlahnya lebih besar, terutama karena rata-rata pertumbuhan premi tidak sesuai dengan perkembangan industri yang mencapai 11,22%.

Untuk industri asuransi jiwa, 21 perusahaan mengalami tekanan yang lebih signifikan karena pertumbuhan premi yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan industri. Kondisi ini dikarenakan beberapa perusahaan menumbuhkan strategi yang terbatas, terutama dalam menjamuk produk berbasis investasi (unit link), dan mengalami peringkat yang lebih rendah dalam pengelolaan keuangan. Tidak hanya itu, beberapa perusahaan mengalami masalah investasi berupa brankas investasi yang meleleh akibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun sebesar 13,80% menjadi 4.593,01 dalam periode lalu. Perusahaan asuransi jiwa yang mengalami penurunan pendapatan terutama dari produk berbasis investasi ini mengalami kegagalan besar dalam mengelola keuangan, serta mengalami kehilangan kepercayaan dari pelanggan.

Perusahaan asuransi umum menghadapi tekanan besar dari berbagai faktor eksternal, termasuk tingginya biaya operasional, beban klaim, dan komisi kepada mitra seperti broker, agen, perusahaan reasuransi, dan mitra bisnis lainnya. Banyak praktisi menilai bahwa biaya komisi yang dibayar kepada mitra bisnis dapat mencapai 10%-25%, terutama jika terjadi kolusi antara broker atau agen dengan pejabat kredit properti di bank atau kredit kendaraan di finance company. Dalam konteks ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa komisi yang dianggap terjadi dalam bentuk tersebut memang telah ditetapkan, namun masih terjadi penyimpangan yang dianggap terlalu tinggi. Penyimpangan ini menyebabkan beban tambahan bagi perusahaan asuransi yang akhirnya merasa terganggu dalam mengelola keuangan.

Ulasan yang diberikan oleh seorang petinggi di perusahaan asuransi umum menunjukkan bahwa industri yang mengalami tantangan sangat merasa kelelahan karena tekanan yang terus muncul. Penurunan pertumbuhan premi secara langsung memengaruhi laba perusahaan, mengurangi margin, serta mengganggu efisiensi dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, berbagai indikator seperti harga premi yang tinggi, tingkat komisi yang tinggi, dan risiko kehilangan pelanggan akibat penurunan kepercayaan juga memperkuat masalah ini. Hal ini menunjukkan bahwa industri asuransi masih berada dalam kondisi yang sangat kompleks, di mana ketidakseimbangan pertumbuhan premi dan ekonomi menjadi salah satu faktor utama.

Di tengah kondisi ekonomi yang belum seimbang, industri asuransi perlu mengambil langkah strategis untuk mengatasi tekanan yang muncul. Penurunan pangsa pasar dan kegagalan pengelolaan keuangan menunjukkan bahwa perlu adanya inovasi dalam pengembangan produk yang lebih inovatif, serta perbaikan struktur keuangan dengan mengurangi biaya komisi. Tidak hanya itu, keberlanjutan dalam pengelolaan keuangan harus didukung oleh peningkatan kepercayaan pelanggan dan mitigasi risiko yang semakin meningkat. Di masa mendatang, perusahaan asuransi perlu berkomitmen untuk memperbaiki kepercayaan terhadap kinerja mereka dan membentuk sistem yang lebih terjangkau, terutama untuk menangani risiko keuangan dan sistem yang lebih terjangkau dalam pengelolaan keuangan. Perusahaan-perusahaan harus memulai strategi yang lebih fokus, dan menekankan pengembangan produk yang berkelanjutan dan berperan dalam meningkatkan keterbukaan pasar. Langkah-langkah ini akan menjadi fondasi penting bagi mengatasi tantangan yang ada dan menjaga keberlangsungan industri asuransi.

Exit mobile version