Blog Web & Deep Insights

BNI Perhatikan Kredit 15-17%, Jangan Lupa Salurkan

Bni Perhatikan Kredit 15 17 Di tahun 2016, pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencapai 20,6%, yang merupakan angka yang cukup tinggi dibandingkan angka rata-rata industri perbankan yang berada di kisaran 13–15%. Namun, pada tahun 2017, BNI lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, dengan menargetkan pertumbuhan sebesar 15–17%, meski masih di atas rata-rata industri perbankan yang mencapai 13–15%. Pada kesempatan yang diberi, Asisten Direktur Investor Relations BNI, Dedi Arianto menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh strategi peningkatan kredit di sektor korporasi, khususnya BUMN dan infrastruktur, sebagai langkah pencegahan terhadap risiko kredit bermasalah.

Pada keterampilan ini, BNI memilih untuk mengurangi risiko melalui penggunaan pinjaman di sektor yang dikenal lebih aman. Seperti yang dikatakan Dedi, mereka lebih memilih mengalirkan kredit ke BUMN dan infrastruktur karena anggaran risikonya lebih rendah dibandingkan dengan berbagai pihak lain. Dengan demikian, mereka menekankan bahwa pemberian pinjaman di BUMN menjadi prioritas utama, serta membuka peluang pertumbuhan keuangan yang lebih stabil dalam jangka panjang. Dengan demikian, penanganan kredit terhadap BUMN menjadi salah satu langkah strategis untuk mencegah peningkatan rasio non-performing loan (NPL) yang telah terjadi pada tahun 2016.

Angka-angka tertentu dari tahun 2016 menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit BNI mencapai Rp393,28 triliun dari angka kredit tahun sebelumnya sebesar Rp326,11 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 20,6%. Menurut Dedi, angka ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang mencapai 8,5% dan jadi sumber daya utama untuk pemberian kredit. Dengan perhitungan lebih detil, sekitar Rp286,1 triliun dari total kredit disalurkan ke segmen bisnis banking, yang mencerminkan pertumbuhan kredit yang lebih dominan dalam sektor keuangan publik. Kredit ke segmen konsumer banking mencapai Rp65,1 triliun atau sekitar 16,5%, terutama melalui pinjaman payroll yang tumbuh 128,1%—angka yang tercatat lebih besar dari rata-rata industri perbankan yang dianggap tinggi. Sementara itu, sisanya sebesar 11,8% disalurkan melalui cabang-luar negeri dan perusahaan-perusahaan anak.

Untuk segmen bisnis banking, pertumbuhan kredit terutama terlihat dalam kredit kepada BUMN dan infrastruktur. Kredit yang diberikan pada BUMN mencapai Rp78,3 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 33,3%, yang menunjukkan perhatian terhadap sektor publik yang terus berkembang secara komprehensif. Kredit terhadap segmen menengah dan kecil juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, masing-masing sebesar 19,9% dan 20,5%. Sebaliknya, dalam kredit konsumer banking, kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan 5% menjadi Rp36,4 triliun, sementara kartu kredit tumbuh 7,5% menjadi Rp10,5 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) pada tahun 2017 direncanakan mencapai kisaran 2,8–2,9%, yang menurut Dedi lebih baik dari kondisi 2016 yang tercatat 3% dan 2015 yang mencatat 2,7%.

Pertumbuhan kredit BNI pada tahun 2017 diharapkan terus meningkat, terutama dengan fokus pada pembiayaan di sektor korporasi dan infrastruktur, yang menurut Dedi dipandang lebih aman dibandingkan dengan segmen lainnya. Ini juga dilakukan karena BNI berharap mengurangi jumlah perumahan yang mengalami risiko kredit. Selain itu, dengan meningkatnya konsistensi dalam pengurangan NPL, BNI berharap bisa meningkatkan kepercayaan dan keuangan publik terhadap layanan perbankan yang dipergunakan. Dalam hal ini, Dedi menyampaikan bahwa BNI mengembangkan strategi jangka panjang yang lebih baik melalui pengelolaan kredit secara terstruktur. Ini akan membantu meningkatkan daya saing dan mempertahankan kepercayaan pelanggan serta investor di masa depan.

Implikasi dari pengaturan kredit yang lebih strategis dan terkendali oleh BNI dalam 2017 akan lebih mengarah pada pengembangan industri perbankan yang lebih kuat di masa mendatang. Selain itu, peningkatan kualitas penerapan kredit dalam sektor yang terukur dan aman juga membantu mempercepat pengurangan angka NPL. Namun, pihak BNI juga mengungkapkan bahwa langkah-langkah terkait ini akan diarahkan terus oleh manajemen dan strategi dalam mengurangi ketidakseimbangan kredit maupun memperbaiki kepercayaan yang dibangun terhadap layanan bank. Dengan demikian, BNI berharap dapat terus meningkatkan kinerjanya secara bertahap melalui pengembangan inovatif dan keberlanjutan. Akhirnya, BNI menyampaikan bahwa setiap langkah penting dalam pengembangan bank akan dijaga oleh konsistensi, kebijaksanaan dan pengawasan terhadap kinerja bank yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *