Blog Web & Deep Insights

Bank Riau Kepri Kini Berniat IPO

Bank Riau Kepri Kini Berniat Tujuan dari workshop yang diadakan oleh Bank Riau Kepri (BRK) di Hotel Pangeran pada hari Jumat lalu adalah untuk membahas peran obligasi sebagai salah satu solusi penting dalam memperkuat pembiayaan jangka panjang dan membuka peluang baru bagi perusahaan publik dalam era globalisasi. Temuan ini terkait dengan transformasi struktur keuangan perusahaan, terutama dalam konteks pengembangan bisnis yang lebih efektif dan stabil.

Waktu paling penting yang dianggap sebagai momentum penting bagi BRK adalah saat pengembangan kapabilitas dalam menjalankan ekspansi bisnis, terutama dalam menjalankan program pengembangan kinerja yang berbeda dari sumber pendanaan awal. Sebelumnya, kondisi APBD daerah sering kali mengalami penurunan, sehingga membutuhkan sumber pendanaan yang lebih aman dan fleksibel. Hal ini menjadi motivasi bagi BUMD-BUMD di Riau untuk mengganti pendekatan pendanaan terbatas yang hanya berbasis APBD, menjadi lebih komprehensif dan terukur.

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman, mengatakan bahwa dalam kenyataan saat ini, kepercayaan terhadap perusahaan dan pelatihan pendanaan telah menjadi perluasan perhatian. Ia menekankan bahwa untuk membentuk sumber pendanaan yang lebih stabil, BUMD di Riau perlu terus mendorong kepercayaan terhadap para stakeholder—seperti pemerintah, investor, dan lembaga keuangan—yang menjadi fondasi inti dari pembangunan bisnis. Kepercayaan ini hanya dapat diperoleh jika BUMD tersebut beroperasi secara sehat dan menghasilkan pendapatan yang menguntungkan secara bisnis.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BRK, DR. Irvandi Gustari, menyampaikan bahwa dalam struktur pendanaan di industri keuangan, penting mencapai keseimbangan antara sumber pendanaan jangka pendek dan jangka panjang. Ia menyarankan bahwa pembiayaan jangka panjang tidak dapat ditangani hanya dengan dana dari sumber jangka pendek, seperti giro atau deposito. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya ‘mismatch’ terutama saat membutuhkan modal yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu dibentuk keberlanjutan pembiayaan jangka panjang dari sumber yang memiliki keterbatasan waktu atau waktu lebih panjang, seperti obligasi.

Menurut Irvandi, obligasi merupakan salah satu solusi yang sangat berharga dalam memperkuat perencanaan keuangan bank. Bahkan sejak diluncurkan, BRK telah memperoleh sebanyak Rp500 miliar dari pembiayaan obligasi. Ia juga menekankan bahwa sebagai bank BUMD, BRK memiliki peluang besar untuk Go Public dengan perubahan sistem keuangan yang mampu mengakomodasi perubahan budaya kinerja dan RUPS (Revenue, Use, and Spending). Langkah ini akan membuka peluang bagi BRK untuk mempertahankan kinerja dan keuntungan lebih besar secara ekstensif.

Saat ini, di dalam industri keuangan, terdapat beberapa institusi yang sudah mengadopsi sistem Go Public, seperti Bank BJB, Bank Jatim, dan Bank Jateng serta bank Sumsel. Irvandi berharap BRK dapat menjadi salah satu penyediaan dalam daftar tersebut, karena terus melaksanakan strategi go public seiring keterbatasan sumber pendanaan jangka panjang. Ia menekankan bahwa sekarang sudah saatnya BRK mewacanakan langkah ini secara strategis untuk mengembangkan jangkauan pasar dan kinerja bisnis secara lebih efisien.

Tetapi keputusan dan inovasi dalam penerapan kebijakan ini harus dilakukan secara profesional, terutama dalam pengelolaan risiko. Keberadaan dan kinerja BRK dalam menyediakan solusi pengelolaan modal yang lebih baik, serta pengembangan kapasitas untuk mengevaluasi kinerja dan pengeluaran, merupakan komponen penting dalam pengembangan strategi perusahaan. Pembiayaan jangka panjang dan keuangan perbankan yang berkelanjutan, yang lebih mendorong perusahaan dalam membentuk kepercayaan pada market, juga menjadi fokus utama dari keputusan BRK di masa depan.

Exit mobile version