Blog Web & Deep Insights

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dipengaruhi Faktor Global

Pertumbuhan ekonomi indonesia dipengaruhi faktor Jakarta – Ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama terkait rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat, perlambatan ekonomi China, serta penurunan harga komoditas utama, terus menjadi tantangan serius bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan. Kondisi ini berpotensi menekan permintaan ekspor dan memicu arus modal keluar dari pasar berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia diprediksi akan terus mengoptimalkan kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.

Senior Rates Strategist Asia ANZ, Kumar Rachapudi mengatakan di dalam negeri, inflasi mulai terkendali namun faktor-faktor eksternal tersebut kemungkinan akan menahan Bank Sentral dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneternya.

“Inflasi mulai menurun dan memberikan BI ruang untuk mendorong pertumbuhan, namun volatilitas pada pasar keuangan dapat menahan langkah BI tersebut,” kata Kumar dalam paparan ekonomi di Jakarta, Kamis, 5 November 2015.

Dalam paparan ekonomi ANZ, Tiongkok sebagai motor pertumbuhan bagi Asia, termasuk bagi Indonesia diperkirakan masih akan terus tumbuh melambat. Tahun ini China diperkirakan hanya tumbuh 6,8%, tahun depan 6,4%, dan tahun berikutnya 6%. Meski melambat, angka kisaran enam persen tersebut masih lebih tinggi dibanding negara-negara lain.

Sementara soal suku bunga Amerika, Global Head of Financial Markets Research ANZ Richard Yetsenga mengatakan kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga pada Desember. Kenaikan tersebut diperkirakan kaan menyulitkan bagi negara ekonomi kecil dan emerging market. Namun, tingkat suku bunga dan komoditas global akan tetap berada pada level yang rendah dan peningkatan akan dilakukan secara perlahan. Ia juga mengatakan bahwa nilai Renminbi Cina yang lemah akan terus menjadi penggerakan volatilitas, sedangkan Dolar Amerika Serikat akan tetap menguat.

“Siklus perdagangan global masih akan lemah dan Asia akan merasakan dampak dari kenaikan biaya modal yang berasal dari sumber eksternal. Cina dan renminbi juga berasa dalam siklus pelemahan sehingga membuat pasar aset di Asia akan tetap melemah,” tambahnya. (*) Ria Martati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *