Blog Web & Deep Insights

Suku Bunga Kredit Mungkin Turun 1% Berikutnya

Suku Bunga Turun Bank Indonesia (BI) terus menerus melakukan transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga acuan, yakni suku bunga 7-day Reverse Repo Rate, dengan tujuan mengurangi tekanan inflasi dan memperkuat ekonomi dalam jangka panjang. Transmisi ini berlangsung sejak periode Januari 2016 hingga Oktober 2016, dengan suku bunga acuan berangkat dari 1,5% dan mengalami penurunan setiap bulannya.

Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa kebijakan moneter tersebut masih terus direspon oleh perbankan nasional secara bertahap. Namun, perbankan belum mampu memenuhi respons sepanjang periode tersebut. Berdasarkan data BI, suku bunga kredit turun sebesar 67 basis points (bps) atau 0,67%, dengan rata-rata penurunan cukup signifikan, namun belum mencapai angka maksimal. Sementara suku bunga deposito turun 131 bps, atau 1,31%, juga belum mencerminkan penurunan yang maksimal dalam jangka waktu yang sama.

Kendatanya, perbankan masih menyimpan kewaspadaan mengenai risiko kredit dan mengambil waktu dalam mengakumulasi cadangan risiko sebelum menurunkan suku bunga. Menurut Perry, proses ini berdasarkan data bahwa rasio NPL (Non-Performing Loans) masih cukup tinggi, dengan angka 3,2% gross pada Oktober 2016, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,1%. Ini mencerminkan bahwa perbankan masih terus menghadapi risiko kredit yang belum sepenuhnya ditangani.

Perry mengungkapkan bahwa, meskipun terjadi penurunan suku bunga kredit, tidak terjadi penurunan yang cepat. Ia menambahkan bahwa perbankan masih menghitung risiko kredit dan mengakumulasi cadangan risiko secara bertahap, sebelum menurunkan suku bunga. Dalam hal ini, penurunan suku bunga kredit yang terjadi masih menghuni batas sekitar 100 bps, yang bisa mencapai titik tertinggi pada akhir periode tersebut. Sementara itu, untuk suku bunga deposito, Perry menyatakan bahwa kemungkinan penurunan bisa dilakukan secara bertahap, terutama jika kondisi perbankan masih menurunkan angka yang telah diakumulasi sebelumnya. Dengan penurunan lebih lanjut yang mungkin terjadi setelah bulan Oktober 2016, proses transmisi kebijakan akan terus berlanjut.

Perry menekankan bahwa transmisi kebijakan moneter ini tidak selalu menghasilkan hasil positif secara langsung. Ini karena sejumlah bank mempertimbangkan keputusan mereka dengan mempertimbangkan sejumlah aspek ekonomi, termasuk anggaran dan kapabilitas dalam mengelola risiko. Kondisi di mana risiko kredit masih tinggi, seperti yang terjadi pada 3,2% rasio NPL, menjadi salah satu alasan mengapa penurunan suku bunga masih terjadi dalam jangka panjang. Perusahaan ini mengungkapkan bahwa, meskipun suku bunga masih menurun, proses ini mungkin menghuni kecepatan terbatas karena banyak perbankan masih mempertimbangkan masalah keuangan dan risiko yang masih terkendali.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, perbankan mungkin harus lebih cepat mengambil langkah dalam mengatur keterbukaan dan mengurangi anggaran risiko. Dalam konteks kebijakan moneternya, BI berharap perbankan dapat lebih cepat mengakumulasi risiko dan mengelola anggaran yang memungkinkan penurunan suku bunga secara bertahap. Ini juga dapat membantu dalam menurunkan tekanan pada pasar yang diharapkan akan mengurangi risiko keuangan di masa depan. Selain itu, perbankan masih membutuhkan waktu untuk menghindari penurunan suku bunga yang terlalu besar. Dengan demikian, transmisi kebijakan yang dilakukan BI tetap terus dilanjutkan, meski masih ada kebutuhan terhadap penanganan risiko keuangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *