Blog Web & Deep Insights

Rupiah Terancam Jadi Titik Akhir dalam Perangkap Rupiah dan Rupiah Terancam Dalam Perangkap Rupiah

Rupiah Terancam Jadi Titik Akhir Presiden Joko Widodo mengutarakan perhatian pemerintah terhadap perlunya mengubah cara mengukur kinerja ekonomi Indonesia dalam konteks nilai tukar. Ia menekankan bahwa sekarang dollar AS menjadi tolak ukur ekonomi nasional, yang dalam prinsipnya tidak tepat. Karena secara ekonomi, Indonesia tetap dalam kondisi baik, tetapi perasaan negatif terhadap nilai rupiah mengganggu penampilan ekonomi yang sebenarnya mampu menangkap keberhasilan.

Katanya, saat ini nilai rupiah digunakan sebagai tolak ukur yang tidak tepat, terutama jika berdasarkan pada dollar. Karena secara ekonomi, mata uang yang lebih relevan adalah mata uang yang menjadi mitra dagang Indonesia secara langsung, seperti Tiongkok dan Jepang. Sebagaimana dikutip Jokowi, ekonomi Indonesia masih baik, namun secara keseluruhan persepsi terhadap rupiah menjadi masalah. Jika tidak diganti, maka rupiah akan mengalami dampak negatif terhadap reputasi ekonomi Indonesia di mata uang yang lebih signifikan dalam kegiatan perdagangan.

Sebuah data menunjukkan bahwa perdagangan dengan Tiongkok mencapai 15,5% dari total perdagangan internasional Indonesia, dengan Eropa mencatatkan 11,4% dan Jepang mencatatkan 10,7%. Sementara itu, Amerika Serikat hanya memiliki kontribusi sekitar 9–10% dalam total perdagangan tersebut. Dalam pengumuman tersebut, Jokowi menginginkan bahwa perhatian publik tidak hanya berfokus pada kurs dollar AS, tetapi juga mempertimbangkan peran mata uang mitra dagang yang lebih relevan dalam ekonomi.

Jokowi menyoroti bahwa selama ini, peran mata uang asing secara eksklusif dalam evaluasi nilai rupiah dapat menyebabkan kesenjangan terhadap penilaian kinerja nasional. Selain itu, penilaian ekonomi harus berbasis pada mata uang yang menjadi mitra dagang, bukan hanya mata uang internasional yang paling terkait. Jika mata uang lain seperti euro, yuan, atau yen digunakan dalam evaluasi rupiah, maka akan terlihat lebih baik secara komprehensif. Namun, saat ini nilai rupiah masih mengalami pengaruh eksternal dari dollar AS, yang tidak tepat dalam konteks pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Saat ini, mata uang Rupiah dan dollar AS bukan lagi menjadi tolak ukur ekonomi Indonesia yang tepat. Namun, harusnya mata uang yang lebih relevan dengan mitra dagang terbesar, seperti Tiongkok dan Jepang, menjadi tolak ukur ekonomi nasional. Dengan demikian, ekonomi Indonesia harus menjadi lebih komprehensif, bukan hanya mengejar nilai rupiah di atas dollar AS. Jokowi menekankan bahwa perhatian publik juga harus lebih menghindari kecemasan berdasarkan harga dollar, dan lebih berfokus pada mata uang mitra dagang yang lebih relevan.

Karena sekarang, peran mata uang Rupiah dan dollar AS sebagaimana dilakukan oleh pemerintah, maka penilaian ekonomi Indonesia harus lebih kritis. Sejumlah data menunjukkan bahwa kehadiran mata uang mitra dagang secara langsung menjadi fondasi penilaian rupiah. Jika nilai rupiah diukur oleh mata uang yang lebih relevan, maka kondisi ekonomi Indonesia akan terlihat lebih baik secara komprehensif. Selain itu, keberlangsungan penggunaan dollar AS tidak seharusnya diteruskan karena berdampak negatif terhadap ekonomi Indonesia. Jokowi menyarankan bahwa penggunaan kurs yang tepat harus mengacu pada mitra dagang terbesar untuk menunjukkan kinerja ekonomi yang lebih baik.

Implementasi kebijakan ini tidak hanya mengandung perbaikan sistem ekonomi, melainkan juga menghadirkan peluang untuk memperbaiki penilaian rupiah secara profesional. Jokowi menekankan bahwa dalam konteks keuangan dan perdagangan, Indonesia harus memperhatikan kondisi ekonomi secara lebih komprehensif, bukan hanya melihat nilai rupiah terhadap dollar AS. Dengan demikian, perhatian publik harus lebih terintegrasi terhadap mitra dagang yang lebih besar. Jokowi menambahkan bahwa langkah berikutnya harus mencakup perubahan arah ekonomi Indonesia. Pemerintah harus memperkuat kerja sama dengan mitra dagang terkemuka, terutama Tiongkok, Jepang, dan Eropa, serta meningkatkan inisiatif dalam mengembangkan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Maka, dengan perubahan strategis ini, ekonomi Indonesia akan menjadi lebih kompeten, khususnya dalam konteks penggunaan mata uang yang lebih relevan dan lebih menarik bagi investor global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *