Yellen Tolak Tindakan Pencarian Kenaikan Setelah terbitnya laporan pasar saham Asia pada Jumat, pasar umumnya mengalami pergerakan yang lebih positif dibandingkan dengan kemarin, karena data non-farm payroll AS yang jauh di bawah ekspektasi menyebabkan pasar memperkirakan penundaan kenaikan interest rate oleh Federal Reserve.
Pasaran Jepang mengalami kelemahan, karena kenaikan nilai Yen terhadap USD memperlambat ekspor Jepang yang mengakibatkan pergerakan index Nikkei turun 0,4%, sementara Hang Seng Hongkong menguat sebesar 0,4%. Namun, pasar Eropa dan AS mengalami kenaikan, dengan DAX Index Jerman mengalami kenaikan 0,2% dan S&P 500 di AS menunjukkan kenaikan 0,5%.
Harga komoditas dan saham sektor energi mengalami kenaikan setelah mata uang USD melemah, yang berarti kelemahan USD menyebabkan harga komoditas menguat. Harga biji besi mengalami kenaikan 3,3%, emas mengalami kenaikan 0,5%, dan harga minyak mentah meningkat hingga lebih dari USD50 per barrel, terutama untuk WTI crude untuk pengiriman Juli dan Brent Crude untuk pengiriman Agustus.
Bloomberg melaporkan bahwa potensi bahaya di China menjadi lebih nyata, dengan pertumbuhan shadow banking yang pesat. Sistem keuangan yang berbasis di China, terutama lewat perusahaan yang mengelola aset secara berkualitas, terus berpotensi menimbulkan risiko sistemik. Meskipun banyak perusahaan utama tidak memiliki akses langsung ke perbankan, mereka memilih pendanaan melalui shadow banks, yang mengelola sekitar 80% dari GDP China. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan kerangka sistem yang terjadi dalam perbankan komersial di China harus diupayakan dengan lebih jelas.
Dua polling referendum UK yang dirilis kemarin mengungkapkan keputusan pemilih yang menghendaki keluar dari EU (Brexit) lebih besar dari yang ingin tetap berada di dalam. Dari YouGov dan TNS, 45% dan 43% memilih keluar, sedangkan 41% memilih tetap berada di dalam EU. Mata uang GBP melemah 0,9% ke level USD1,44, menunjukkan keputusan investor terhadap kewajiban terhadap negara-negara yang mengelola ekonomi yang lebih terbuka secara ekonomi.
Baca Juga:
Janet Yellen menegaskan bahwa kenaikan tingkat bunga acuan di AS masih berlangsung, namun intonasi timingnya dikembalikan menjadi “seiring berjalannya waktu” karena data non-farm payroll yang rendah memperkuat keputusan ini. Kenaikan ini menjadi pertimbangan besar bagi investor yang memilih untuk menghindari risiko terhadap keadaan ekonomi AS. Selain itu, data ini juga memperkuat penurunan dari harga USD terhadap mata uang utama.
Harga minyak dunia terus menguat setelah adanya pengaruh dari data non-farm payroll dan adanya gangguan dalam suplai minyak dari Kanada (kebakaran hutan dan ladang minyak) serta Nigeria (serangan teroris di ladang minyak). WTI crude yang dijual untuk pengiriman Juli menaik sebesar USD1,07 (2,2%) menjadi USD49,7 per barrel, sementara Brent Crude juga mengalami kenaikan USD0,91 (1,8%) ke harga USD50,6 per barrel.
Yield UST 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan 2 bps dan 3 bps, masing-masing mencapai level 1,72% dan 2,54%. Sementara itu, yield SUN tenor 10 tahun turun 6 bps hingga 7,79%, yaitu 95 bps lebih rendah dari tahun lalu. Dari data ini, investor asing membukukan net buy sebesar Rp549 miliar, dengan nilai total yang berarti mencapai Rp5,4 triliun tahun ini. Rupiah juga mengalami kenaikan, mendapatkan harga Rp225 menjadi Rp13.370 per USD. NDF 1 bulan menguat menjadi Rp86 sejauh ini, mencapai level Rp13.388/USD. CDS 5 tahun turun 4 bps, menunjukkan penurunan risiko perusahaan yang berisiko tinggi. CDS Indonesia 5 tahun turun 42 bps dari sebelumnya mencapai 230 bps, menunjukkan perubahan dalam persepsi risiko pasar yang lebih baik.
Secara keseluruhan, pergerakan pasar ini mengungkapkan bahwa tren ekonomi dan kepercayaan investor masih tergantung pada pengaruh dari pertumbuhan ekonomi AS, keberlanjutan dari sistem keuangan yang berbasis di China, dan kepercayaan terhadap kebijakan moneter di luar negeri. Kenaikan harga minyak dan inflasi akan memengaruhi pergerakan saham di beberapa negara, terutama di pasar Eropa dan Amerika Utara. Implikasi dari semua ini menunjukkan bahwa langkah berikutnya terdapat peningkatan kebijakan yang perlu diperhatikan, termasuk peningkatan dari kebijakan moneter dan pemanfaatan teknologi untuk memperbaiki sistem keuangan yang lebih terbuka dan lebih stabil.











