Saham Bank Terpukul Pencarian Kepulangan Indeks acuan saham perbankan (indeks infobank15) pada awal April 2016 mengalami penurunan signifikan seiring aksi jual yang dipicu oleh investor asing, terutama terhadap saham-saham unggulan seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Aksi jual tersebut menyebabkan indeks ini turun 2,51% dari level akhir tahun lalu, mencatat posisi kenaikan sebesar 511,60. Namun, berdasarkan data Infobank hingga triwulan pertama 2016, posisi indeks ini masih mengalami kenaikan 3,42% dengan level 542,75, sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di level 4.845,37, atau mengalami kenaikan 5,49% secara ytd.
Analis Infovesta, Beben Feri Wibowo, mengidentifikasi penyebab perubahan tersebut sebagai dampak dari sentimen terhadap wacana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pembatasan net interest margin (NIM) perbankan yang diproyeksikan sebesar 4%. Meski OJK menargetkan pembatasan ini untuk meningkatkan kompetisi pasar dan pertumbuhan kredit, kebijakan tersebut membawa tantangan keuangan terkait pembatasan suku bunga kredit perbankan. Dengan kata lain, sektor perbankan mungkin menghadapi penurunan potensi pendapatan utama yang terkait dengan pengeluaran bunga, yang sebelumnya menjadi sumber utama keuangan bank.
Selain itu, sisi positif dari wacana pembatasan NIM tersebut mencakup peningkatan pendapatan berbasis fee, karena perbankan berupaya meningkatkan aktivitas non-bunga dan mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan bunga. Sementara itu, pengurangan biaya pembiayaan juga disebabkan oleh batasan maksimal suku bunga deposito yang diberlakukan oleh OJK, serta penurunan BI Rate yang terjadi tiga kali, masing-masing 25 bps. Ini menyebabkan biaya pembiayaan menjadi lebih rendah. Namun, masih belum tergantung pada pendapatan bunga sebagai andalan utama perbankan.
Indeks infobank15 pada akhir April 2016 mencatat posisi harga saham perbankan yang menurun secara signifikan, termasuk BBCA di Rp13.050, BBRI di Rp10.350, BMRI di Rp9.650, dan BBNI di Rp4.585, yang mengindikasikan harga tersebut jauh terdiskon dibandingkan dengan level awal tahun atau tiga bulan pertama 2016. Hal ini menjadi peluang bagi investor untuk berburu saham perbankan yang telah masuk kategori murah. Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menilai harga wajar saham BBCA mencapai Rp14.500, BMRI Rp13.000, BBNI Rp5.000, dan BBRI Rp12.400, menjelaskan bahwa pasar mengingatkan perhatian pada kondisi ekonomi makro yang lebih baik dibanding tahun lalu.
Pada bulan April, indeks infobank15 mengandung 16 komponen saham, termasuk Bank Central Asia (BBCA), Bank Bukopin (BBKP), BBNI, BBRI, Bank Danamon Indonesia (BDMN), BPD Jawa Barat dan Banten (BJBR), Bank Mandiri (BMRI), Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Bank Mega (MEGA), Bank Pan Indonesia (PNBN), Bank Capital Indonesia (BACA), Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Sinarmas (BSIM), Bank Mayapada Internasional (MAYA), dan Bank OCBC NISP (NISP). Setiap enam bulan, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Majalah Infobank akan melakukan peninjauan berkala terhadap komponen indeks ini, meliputi rating bank, ukuran good corporate governance (GCG), aktivitas transaksi seperti nilai transaksi, frekuensi transaksi, jumlah hari transaksi, kapitalisasi pasar, dan rasio free float saham, untuk mengukur kinerja sektor perbankan secara menyeluruh.
Mengingat kondisi makro yang lebih baik dibanding tahun lalu, pertumbuhan kredit perbankan masih terlambat dari ekspektasi, namun tercatat 12,3% secara yoy. Ini terbukti dari peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT) kredit baru triwulan kedua 2016 yang meningkat tajam, dari 31,3% menjadi 99,5%. Pertumbuhan kredit diproyeksikan lebih baik pada triwulan kedua 2016, menunjukkan potensi pertumbuhan yang positif. Dalam jangka panjang, kondisi ekonomi yang masih membaiki akan memberi dampak positif terhadap investasi dalam sektor perbankan, meskipun kondisi pasar saham masih mengalami kegaduhan terhadap sentimen negatif terhadap perbankan yang terkait dengan kebijakan OJK.
Langkah berikutnya adalah peninjauan berkala oleh Infobank dan BEI terhadap komponen indeks infobank15 secara berkala enam bulan terutama pada tahun 2016 dan di masa depan. Analis memperkirakan bahwa jika terjadi penurunan dari pergerakan indeks ini pada akhir tahun, maka kondisi tersebut dapat menjadi peluang pasar untuk investor terutama untuk membuka portofolio saham perbankan yang telah masuk kategori murah. Dalam jangka panjang, ini akan menjadi penandaan bahwa sektor perbankan akan terus menghadapi tantangan ekonomi namun tetap mengalami perbaikan. Selain itu, investor bisa menganalisis perubahan terhadap rasio keuangan dan potensi pembatasan NIM sebagai indikator utama untuk memilih investasi yang lebih sehat.
