Inflasi 2016 Raih 3 02 Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa laju inflasi selama periode 2016 kalender, yaitu dari Januari hingga Desember, mencapai 3,02%. Ini merupakan angka inflasi yang tercatat secara bulanan, dengan rata-rata dari setiap bulan dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan. Pada akhir bulan Desember 2016, angka inflasi tahunan ditetapkan menjadi 3,02% terhadap periode yang sama tahun lalu, menunjukkan pertumbuhan harga yang terus meningkat di seluruh negara.
Kepala BPS, Suhariyanto, menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena kenaikan harga berbagai jenis pengeluaran masyarakat. Untuk setiap kategori pengeluaran, terdapat peningkatan harga yang diperhitungkan dalam perhitungan IHK. Selain itu, inflasi mencerminkan peningkatan dalam beberapa sektor, seperti bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Kenaikan harga tersebut mencerminkan adanya pertumbuhan harga dari berbagai komponen konsumsi yang penting bagi masyarakat.
Baca Juga:
Baca Juga:
Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa 78 dari 82 kota mengalami inflasi, sedangkan hanya empat kota yang mengalami deflasi. Dari 82 kota yang ditinjau, inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe dengan IHK sebesar 124,94 dan mencapai 2,25%. Kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa mungkin menjadi perluasan dari permintaan pasar di wilayah tersebut.
Sebaliknya, inflasi terendah terjadi di Padangsidimpuan dan Tembilahan masing-masing mencatat 0,02% dengan IHK sebesar 125,36 dan 129,89. Kedua daerah ini mencatatkan peningkatan harga yang lebih ringan, namun masih terjadi peningkatan harga. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan harga pada produk makanan dan barang lainnya.
Tingkat inflasi yang diukur berdasarkan komponen inti pada Desember 2016 mencatat rata-rata 0,23%. Ini adalah angka inflasi yang lebih rendah dari angka inflasi bulanan secara keseluruhan dan menunjukkan perubahan harga yang lebih terbatas. Namun, perubahan harga tersebut tidak menghilangkan efek inflasi dari semua sektor, terutama dalam peningkatan harga bahan pokok dan makanan jadi.
Untuk mendukung analisis inflasi secara lebih dalam, BPS menyebutkan bahwa kenaikan harga terutama terjadi dalam beberapa kelompok pengeluaran, seperti kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mencatat peningkatan 0,50% dan 0,45% respektifnya. Selain itu, terjadi peningkatan dalam kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,18%. Penurunan harga terjadi dalam kelompok kesehatan sebesar 0,32%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,05%, serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami kenaikan 1,12%. Selain itu, kelompok sandang yang mengalami deflasi tercatat sebesar 0,46%.
Untuk menanggapi tren inflasi yang terjadi, penurunan dalam inflasi komponen inti yang menunjukkan kenaikan inflasi secara umum, BPS mengembangkan analisis kinerja dan perubahan ekonomi tahunan. Dari kinerja ekonomi pada bulan Desember 2016, tingkat inflasi tahunan di 3,02% menunjukkan keberlanjutan dari tren inflasi di seluruh Indonesia. Selain itu, BPS mengemukakan bahwa inflasi terjadi secara berulang dan membutuhkan evaluasi terhadap kebijakan ekonomi. Penutupan dan keputusan yang mengarahkan kebijakan pemerintah terhadap inflasi berdampak terhadap kesehatan keuangan masyarakat.











