Kartuku luncurkan produk keuangan digital Jakarta— Pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang kini mencapai 55 juta orang, ditunjang oleh penetrasi internet ke 80 juta pengguna, telah menjadi pendorong utama transformasi digital di berbagai sektor, termasuk keuangan. Fenomena ini menciptakan ekosistem yang kondusif bagi inovasi, di mana masyarakat semakin terbuka untuk beralih dari layanan konvensional ke digital. Akibatnya, beragam tren pembayaran berbasis teknologi—mulai dari dompet digital hingga QRIS—kian diminati, seiring kebutuhan akan transaksi cepat, aman, dan praktis yang terus meningkat.
Kartuku, perusahaan teknologi keuangan dan penyedia solusi pembayaran terintegrasi di Indonesia bersama dengan Financial Technology Indonesia (FinTech) berkomitmen untuk melahirkan berbagai terobosan teknologi keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Niki Luhur, CEO Kartuku mengatakan, pembayaran mobile (mobile payment) akan menjadi metode transaksi baru, sementara electronic money (e-money) akan menjadi digital atau cashless currency baru dan ini akan mewarnai masa depan keuangan Indonesia.
“Transaksi keuangan di masa depan akan semakin fokus pada jenis-jenis pembayaran non tunai yang berbasis teknologi, baik itu berupa pembayaran mobile, electronic money (e-money) dan biometric readers,” ujar Niki dalam konferensi pers diskusi panel bertema “Lansekap dan Peluang di Sektor Layanan Teknologi Finansial di Indonesia” di Jakarta, Kamis, 12 November 2015.
Niki mengungkapkan, terlepas dari pergerakan tren, adopsi teknologi di Indonesia belum diiringi perubahan paradigma dan cara atau kebiasaan masyarakat dalam menggunakan teknologi secara optimal, khususnya untuk pembayaran dan bertransaksi. “Dibutuhkan sebuah platform yang dapat memberi kemudahan dan keamanan bertransaksi,” imbuhnya.
Kartuku mengandalkan teknologi sebagai salah satu elemen solusinya untuk mengubah cara orang bertransaksi dan menjalankan usaha mereka. Melalui teknologi infrastruktur Kartuku yang handal, berbagai menu transaksi pembayaran dapat diaplikasikan tanpa menggunakan uang tunai, yang meliputi kartu kredit, kartu debit, e-money, gift card, NFC, employee card, rekening ponsel, pembayaran tagihan, mini ATM, pendistribusian pensiun dan bantuan pemerintah lewat teknologi biometric serta e-wallet – yang seluruhnya didukung layanan penuh 24 jam.
Kartuku tidak menciptakan sistem keuangan baru, melainkan menjadi katalis yang memungkinkan pertumbuhan transaksi non-tunai, yang merupakan kekuatan dasar dari digital banking. “Teknologi Kartuku dapat berperan sebagai katalis bagi terbukanya akses terhadap layanan keuangan, dan akhirnya untuk mencapai inklusi keuangan. Di sinilah kami membuktikan dukungan Kartuku bagi pertumbuhan ekonomi nasional – yaitu melalui pemberdayaan masyarakat,” tutup Niki.(*) Apriyani Kurniasih









