Teknologi Di Dunia Keuangan Inklusif Perkembangan teknologi keuangan (fintech) di Indonesia semakin pesat, dan menjadi salah satu perhatian utama dalam pengembangan keuangan inklusif. Pemerintah memperkuat peran fintech sebagai salah satu solusi utama dalam mendorong akses keuangan bagi lebih banyak masyarakat, terutama melalui strategi Nasional Keuangan Inklusif. Dengan adanya tantangan dalam akses keuangan yang tidak merata, terutama di daerah terpencil atau daerah masyarakat yang memiliki kesulitan akses ke layanan keuangan formal, perkembangan fintech diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tersebut melalui produk dan layanan yang lebih mudah dijangkau.
Sebagai bagian dari upaya mendukung keuangan inklusif, keberadaan fintech di Indonesia dianggap penting karena memungkinkan akses ke layanan keuangan secara lebih luas dan terdistribusi. Kepala Badan Teknologi Startup Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Patrick Walujo menegaskan bahwa salah satu hal yang paling penting adalah perluasan akses ke lembaga keuangan. Fintech berkontribusi terhadap kemudahan akses ini, karena infrastruktur yang terpenuhi dan penyediaan informasi yang lebih baik membuat lembaga keuangan menjadi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, edukasi mengenai produk-produk keuangan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami, terutama melalui pendekatan data analytics yang dapat menyusun produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Indeks Keuangan Inklusif (IKI) Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan nilai 36%, yang jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Thailand (78%) dan Malaysia (81%). Meskipun data ini masih lebih besar dibandingkan Filipina dan Vietnam (masing-masing 31%), kenaikan nilai IKI diharapkan mencapai 75% pada akhir 2019, yang terkait dengan perluasan akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal. Kebijakan dan regulasi yang lebih menggairahkan dari pemerintah diharapkan bisa membuka potensi lebih besar dalam pengembangan ini, terutama melalui inovasi teknologi yang berkelanjutan. Strategi ini berpotensi memperkuat ekosistem keuangan inklusif di Indonesia, memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang masih menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses keuangan.
Implementasi strategi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pemangku kepentingan di industri fintech. Salah satu contoh utama adalah perusahaan GO-JEK yang telah memperkenalkan produk perbankan kepada seluruh mitra driver, termasuk layanan asuransi kesehatan. Kepentingan terhadap pengembangan layanan ini tidak hanya terletak pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada penggunaan fitur digital yang memudahkan masyarakat berbagai kelompok, khususnya para pengguna muda atau pengguna yang memiliki kebutuhan keuangan terbatas. Nadiem Makarim menambahkan bahwa ini masih tahap awal dan bahwa pengembangan teknologi akan terus berlangsung untuk membantu pemerintah mendorong inklusi finansial kepada lebih banyak masyarakat Indonesia.
Layanan baru seperti GO-PAY juga menjadi salah satu indikator penting dalam perkembangan teknologi keuangan di Indonesia. Pengembangan layanan ini telah menjadi solusi e-wallet yang berkembang pesat. Di tahun 2016, GO-PAY telah berhasil menjadi salah satu produk utama dalam pengembangan transaksi online di Indonesia. Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan akses keuangan, khususnya pada pengguna internet yang masih tergolong muda, masyarakat yang belum memiliki akses ke lembaga keuangan formal. Pengembangan dan pengolahan data oleh fintech menjadi fokus utama dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat. Penyediaan data yang lebih baik memungkinkan penyediaan produk keuangan yang lebih tepat, terutama melalui pengembangan fitur yang mengandung pembiayaan, pelunasan kredit, serta fasilitas keuangan lainnya yang terdistribusi di masyarakat.
Berbagai pemangku kepentingan, termasuk Bank Mandiri melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI), secara eksploratif memperhatikan potensi yang besar untuk mendukung ekosistem fintech. Dalam kebijakan mereka, 80% dari total pendanaan akan dialokasikan ke sektor fintech. Hal ini dipraktikkan sebagai penekanan terhadap pengembangan teknologi digital yang terus berkembang, di bawah kerangka kerja untuk memperkuat sektor e-commerce dan sistem pembayaran universal. Langkah ini sangat penting dalam konteks regulasi dan investasi yang dilakukan di Indonesia. Pembiayaan ini diharapkan dapat membantu mendorong pengembangan bisnis keuangan inklusif di Indonesia, termasuk melalui peningkatan akses ke layanan keuangan kepada masyarakat terpencil dan daerah yang terbatas.
Untuk menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam industri fintech, pemerintah serta pihak-pihak berkepentingan melakukan perjalanan bersama melalui kegiatan seperti Indonesia Fintech Festival and Conference (IFFC) 2016. Kegiatan ini akan berlangsung pada tanggal 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang. IFFC diadakan dengan tujuan menjembatani berbagai pemangku kepentingan di industri fintech, mulai dari regulator, institusi keuangan swasta, investor, start-up, inkubator, asosiasi industri, serta akademis. Acara ini akan menghadirkan berbagai pembicara terkemuka dalam bidang keuangan, termasuk Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo, Wakil Presiden Direktur BCA Armand Hartono, dan lainnya. Acara ini diharapkan memperkuat kerja sama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, memperkuat kemajuan dari pengembangan teknologi keuangan di Indonesia.
Sebagai konsekuensi dari langkah-langkah yang terus dilakukan dalam pengembangan keuangan inklusif, langkah berikutnya melibatkan perluasan dan penguatan pengembangan teknologi keuangan di berbagai tingkatan, termasuk pengembangan perbankan, pengembangan layanan digital, pengelolaan produk keuangan, serta peningkatan keterampilan dan keterampilan digital dari masyarakat. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menghadirkan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia dan dapat membuka peluang baru dalam pengembangan ekonomi inklusif. Sebagai tambahan, terus bergerak menyusun kebijakan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perubahan teknologi. Pemangku kepentingan juga diharapkan terus mengembangkan dan mengoptimalkan inisiatif-inisiatif terhadap penguatan keuangan inklusif di Indonesia.











